Kecintaan pada Kentang yang Membuahkan Emas

Kecintaan pada Kentang yang Membuahkan Emas
Pemenang Lomba International Conference of Young Scientists (ICYS) di Serbia, Jocelyn Livia Kusuma dan ayahnya, Beni Kusuma. Foto: Natalia Laurens/JPNN.com

Menurut Jocelyn, jamur pada kentang berbahaya karena menyerap nutrisi pada buah tersebut. Akibatnya, kebanyakan kentang produksi Indonesia yang dijual berbentuk lebih kecil dan tidak sehat. Sementara batang pepaya, kata dia, mempunyai komponen yang berfungsi membasmi mikroorganisme. Salah satunya jamur. Oleh karena itu, ia bereksperimen membuat sabun dari ekstrak pepaya untuk menyelamatkan kentang.

Jocelyn meyakini penduduk di wilayah perkotaan yang mengkonsumsi kentang akan membutuhkan ekstrak karyanya itu. "Kadang-kadang kentang itu terserang oleh jamur. Di permukaannya ada warna putih. Itu jamur. Jadi dari ekstrak itu saya membuat sabun, digunakan untuk mencuci kentang. Untuk mencegah pertumbuhan jamur di kentang," ungkapnya.

Kini, kata Jocelyn, ia tidak menyia-nyiakan kesempatan jika melihat ada batang pepaya yang ditebang karena dianggap tidak berkualitas lagi.
Itu digunakannya untuk mengolah ekstrak sabun pembasmi jamur. "Dari pada batang pepaya hanya jadi sampah lebih baik menjadi inovasi baru," sambungnya.

Mempersiapkan karya ilmiah ini, Jocelyn sudah menghabiskan waktu selama setahun sejak duduk di bangku kelas X. Gadis berambut panjang ini mengaku mengalami hambatan karena sulit membagi waktu mempersiapkan lomba dan menghadapi ulangan serta tugas harian. Beruntung, kata dia, guru sekolah dan pembina dari Surya University yang membimbingnya terus memberikan dukungan dan semangat.

Teman-teman sekolah dan orang tua kata dia, juga sangat mendukung langkahnya, sehingga hambatan pun tak terasa. Masalah waktu bermain yang kurang, tak menjadi soal untuk Jocelyn. Ia mengaku memang sudah mempersiapkan segala sesuatu dengan matang dan tidak ingin menggunakan waktu untuk lebih banyak bermain.

"Guru-guru mendukung, teman-teman juga. Bantuin aku juga, kalau kerja di laboratorium. Kadang-kadang aku mikir, aku egois gitu ngajak-ngajak teman ke lab. Tetapi syukurlah teman-teman mau membantu dan pembina dari Surya University juga sangat membantu," kata Jocelyn.

Melawan peserta 14 negara, diakui Jocelyn sempat membuatnya deg-degan. Apalagi, ia berada di urutan ke delapan untuk presentasi. Saingan terberatnya berasal dari negara Belanda. Tapi, kali ini Jocelyn membuktikan bahwa karya terbaiknya dapat mengalahkan peserta dari Belanda. Termasuk poster karya ilmiahnya yang juga mendapat penghargaan poster terbaik.

"Awalnya sih enggak nyangka. Orang Indonesia kan fasilitasnya bisa dibilang kalah sama luar negeri gitu. Jadi sempat kayak hopeless, pas lihat peserta dari negara lain. Enggak nyangka juga bisa menang. Tahun ini negara Belanda kalah sama Indonesia. Belanda dapat medali, tapi bukan di bidang ekologi, tapi bidang lain," lanjutnya.

Senyum bahagia sekaligus tangis haru ditunjukkan siswi SMA St. Laurensia, Tangerang, Jocelyn Livia Kusuma (16). dan rombongan tim Indonesia untuk

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News