Kehangatan Kota Bengawan untuk Umat Hindu di Solo saat Nyepi

Kehangatan Kota Bengawan untuk Umat Hindu di Solo saat Nyepi
Suasana Pura Indra Prasta, Mutihan, Sondakan, Laweyan, Kota Solo pada saat Nyepi, Kamis (3/03) siang. Foto: Romensy Agustino/JPNN.com

Prosesi selanjutnya ialah Tawur Agung Kesanga di Candi Prambanan, Sleman, Yogyakarta pada Rabu (2/03). Tawur Agung bertujuan menetralkan energi negatif agar makhluk astral tidak mengganggu pelaksanaan Sapta Brata Penyepian.

Pada malam hari yang sama, sekitar pukul 20.00 WIB, ada upacara melarung sesajen ke Bengawan Solo.

Adapun proses Nyepi dilaksanakan mulai Kamis (3/03) pukul 06.00 hingga Jumat (4/03) pukul 06.00. Selama Nyepi, seluruh lampu di Pura Indra Prasta dimatikan.

Namun, umat Hindu di Solo tidak serta-merta menerapkan aturan perayaan Nyepi secara sakelek. Sebab, pelaksanaan Catur Brata Penyepian yang berisi 4 larangan disesuaikan dengan Desa Kala Patra yang berarti tempat, waktu, dan situasi.

"Kalau punya anak cilik di rumah, ya, jangan dimatikan lampunya," papar Komang.

Umat Hindu juga melaksanakan Sapta Brata Penyepian yang berarti tidak bepergian secara fisik maupun pikiran. Oleh karena itu, tidak ada tindakan bersenang-senang dalam konteks berfoya-foya.

Nyepi secara secara filosofi memiliki makna introspeksi atas berbagai perbuatan selama Tahun Saka 1943, dan yang akan dilakukan pada Tahun Saka 1944.

Prosesi Nyepi berakhir dengan Ngembak Geni pada Jumat (4/03) pagi. Umat Hindu kembali menghidupkan 'api kehidupan' yang sebelumnya dimatikan selama pelaksanaan Sapta Brata Penyepian sejak hari sebelumnya.

Umat Hindu di Solo kembali merayakan Nyepi dalam suasana pandemi yang menuntut pembatasan aktivitas.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News