Kehidupan Pencari Giok di Alur Tengku, Nagan Raya, Nanggroe Aceh Darussalam

Yang Untung Dapat ”Gajah”, Yang Sial Dapat Kerikil

Kehidupan Pencari Giok di Alur Tengku, Nagan Raya, Nanggroe Aceh Darussalam
Gusti Nurja bersama teman-temannya membelah batu giok secara manual. Batu itu ditemukan Nurja cs di Alur Tengku. Foto: Ibrahim/Rakyat Aceh/JPNN

Menjelang azan Magrib, lima pencari giok yang baru turun dari puncak gunung tiba di warung. Mereka berjalan lunglai dan tampak kedinginan. Maklum, saat itu hujan sangat deras. Salah seorang di antara mereka, Siddin, 37, hanya bisa menunjukkan hasil perburuan giok hari itu.

”Saya naik dari pukul 10 pagi. Nggak bisa menemukan banyak. Itu dibawa teman,” ujarnya sambil menunjuk kawannya yang membawa kantong kecil berisi batu giok.

Batu itu lalu dikeluarkan. Wujudnya bongkahan kecil berwarna kehitaman. ”Udah, beli saja Rp 40 ribu,” katanya kepada pengunjung warung dengan suara datar. ”Yah, sekadar buat beli kopi,” tambahnya dalam bahasa Aceh.

Sejak setahun lalu, ketika batu giok diburu kolektor, banyak warga Nagan Raya yang beralih profesi. Yang semula menjadi petani, pekerja kebun, atau kuli bangunan memilih menjadi pencari batu giok Aceh. Salah satunya Siddin.

Bagi pencari giok pemula seperti Siddin, yang bisa didapatkan selama seharian hanya bongkahan-bongkahan kecil. Namun, bagi pencari giok kawakan seperti Gusti Nurja, 42, lain lagi. Nurja menekuni pekerjaan tersebut sejak 2003. Waktu itu giok belum banyak dikenal seperti sekarang. Namun, bapak dua anak tersebut setia menekuni pekerjaan mencari giok yang sangat berat itu hingga kini.

Saat ini Nurja sedang disibukkan oleh bongkahan giok sebesar ”gajah” yang ditemukannya beberapa waktu lalu. ”Saya bersama teman-teman menemukan giok ini di sungai. Caranya, ya dengan mengetok setiap batu yang kami temukan. Jadi, di sini banyak batu di sungai bekas pukulan palu,” katanya sembari tersenyum.

Nurja ditemui Jawa Pos saat sedang memecah batu besar di depan rumahnya yang sederhana. Dia menduga batu itu berisi giok jenis super, yaitu nefrit, neon, dan indocrase.

”Ini kami dapatkan setelah berhari-hari menyusuri sungai. Tapi, saya belum tahu jenis gioknya,” tutur dia.

Batu giok memang lagi booming. Batu mulia itu kini menjadi rebutan para kolektor yang bahkan mau membayar mahal. Kontras dengan nasib para pencari

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News