Kehidupan Pencari Giok di Alur Tengku, Nagan Raya, Nanggroe Aceh Darussalam

Yang Untung Dapat ”Gajah”, Yang Sial Dapat Kerikil

Kehidupan Pencari Giok di Alur Tengku, Nagan Raya, Nanggroe Aceh Darussalam
Gusti Nurja bersama teman-temannya membelah batu giok secara manual. Batu itu ditemukan Nurja cs di Alur Tengku. Foto: Ibrahim/Rakyat Aceh/JPNN

Menurut warga Meunasah Teungoh itu, kalau lagi beruntung, pencari giok yang sudah ’’ahli’’ bisa mendapat bongkahan batu besar. ’’Kami ambil dari sungai dengan backhoe dan dibawa ke rumah dengan truk,’’ katanya.

Secara manual pula, Nurja dan teman-temannya membelah batu superkeras itu. Mereka hanya menggunakan gerinda, palu, dan air. ’’Air ini untuk melihat apakah batu itu berkilat atau tidak,’’ ujarnya. Nurja menyatakan sangat hafal karakter batu giok.

Meski ahli mencari batu giok, Nurja tidak menyadari bahwa kini harga batu yang biasa dipakai untuk hiasan cincin atau bandul kalung itu melambung tinggi. Misalnya, giok Nagan dengan ukuran keliling 2 cm di Banda Aceh dijual Rp 700 ribu untuk jenis neon atau biosolar.

’’Biasanya, orang sini mencari batu sudah dibiayai orang lain. Jadi, setelah mendapat giok, ya diserahkan ke orang yang membiayai,’’ katanya.

Nurja mencontohkan, batu giok sebesar ’’gajah’’ akan dihargai sekitar Rp 70 juta oleh para pemodal. Tapi, setelah diolah menjadi bongkahan-bongkahan kecil atau berbentuk hiasan cincin, harganya bisa berlipat menjadi ratusan juta rupiah.

Menurut bapak dua anak itu, mencari giok di Alur Tengku tidaklah mudah. Umumnya para pencari berkelompok. Setiap kelompok berisi sekitar lima orang. Dengan alat seadanya, mereka menyusuri sungai dari hulu ke hilir. Mereka biasa menginap berhari-hari di hutan atau di pinggir-pinggir sungai dengan mendirikan kemah dari plastik. Tentu saja, untuk memenuhi kebutuhan hidup, mereka membawa bekal dari bawah.

Pencari batu giok yang sudah ahli memang bisa cepat menemukan lokasi batu mulia itu. ’’Batu mulia ini kan endapan mineral di bumi. Endapan itu terbentuk karena adanya kabut di pegunungan. Kalau saya sudah hafal. Di mana lokasi itu diselimuti kabut, pasti ada gioknya di sana,’’ terang Tengku Naufal, 45, pencari giok lainnya.

Naufal bisa jadi merupakan pencari giok yang berhasil. Dia kini sudah menjadi ’’bos’’ dan memiliki 15 anak buah yang dibagi dalam tiga kelompok untuk mencari batu giok.

Batu giok memang lagi booming. Batu mulia itu kini menjadi rebutan para kolektor yang bahkan mau membayar mahal. Kontras dengan nasib para pencari

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News