Kekalahan Akibat Terlalu

Oleh Dahlan Iskan

Kekalahan Akibat Terlalu
Dahlan Iskan di antara tanaman quinoa di pegunungan Qinghai pada ketinggian 4.000 meter di atas permukaan laut. Foto: disway.id

Proses pencontrengan itu memang bertele-tele. “Taiwan ini negara dengan teknologi informasi sangat maju. Tapi proses pemilunya kalah dengan negara ketiga,” guyon rakyat pada umumnya.

Antrean memang berjalan amat lamban. Satu orang meninggal dalam antrean. Orang tua.

Pertanyaan yang harus dicontreng terlalu banyak. Pemilu kali ini memang sekaligus diserentakkan dengan referendum.

Jangan kaget: ada 10 referendum. Tentang kawin sejenis. Tentang PLTU Batubara. Tentang listrik nuklir. Tentang olahraga.

Pertanyaannya pun panjang-panjang. Misalnya (siapkan napas) : apakah Anda setuju bila kementerian pendidikan dan sekolah swasta harus tidak mengajarkan pelajaran yang ada hubungannya dengan homoseksual seperti yang detailnya tercantum dalam UU Penegakan Peraturan untuk Pendidikan Persamaan Gender?

Sebenarnya saya ingin menampilkan beberapa contoh lagi. Tapi saya tidak ingin anda menderita sesak napas.

Rupanya rakyat Taiwan tetap ingin tenang. Tidak suka dengan gaya partai penguasa. Yang terlalu pede. Sampai memancing kemarahan Tiongkok. Yang punya prinsip sedumuk batuk senyari bumi: Taiwan adalah hanya satu provinsinya.

Selama Tsai Ing-wen berkuasa, ketegangan di Selat Taiwan memang meningkat. Sampai tahap menakutkan. Apalagi setelah kapal perang Amerika beberapa kali melintasi selat itu.

Semua yang “terlalu” kelihatannya tidak disukai rakyat. Dulu, Partai Demokrat yang berkuasa bisa menang juga karena faktor “terlalu”.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News