Kelas Menengah
Oleh: Dahlan Iskan
jpnn.com - Bahasan paling hangat di kalangan intelektual sepanjang pekan lalu adalah Muhamad Chatib Basri. Menteri keuangan selama 1,5 tahun di akhir masa jabatan Presiden SBY itu menulis di Kompas.
Intinya: jumlah kelas menengah di Indonesia turun. Terus menurun. Sejak tahun 2019. Sampai tahun lalu.
Itu lampu kuning yang bukan hijau. Negara akan kuat kalau kelas menengahnya terus membesar. Ini justru turun.
Kelas menengah yang dimaksudkan Chatib adalah orang yang pengeluarannya antara Rp 1,9 juta sampai Rp 9,3 juta/bulan.
Dengan patokan garis kemiskinannya adalah yang pengeluarannya Rp 550.000/bulan ke bawah.
Yang berada di antara itu adalah mereka yang tergolong rentan miskin. Di atas rentan miskin masih ada calon kelas menengah.
Penurunan jumlah kelas menengah tentu mengagetkan. Rupanya inilah jawaban ilmiah mengapa para pengusaha merasakan lesunya pasar. Juga menurunnya daya beli. Sepinya dagangan.
Para pembela pemerintah tentu mudah cari penyebab yang halal: Covid-19. Itu memang betul. Akan tetapi jangan juga sebatas itu. Penurunan tersebut, tulis Chatib, sudah terjadi sejak tahun 2019: sebelum Covid.
Bahasan paling hangat di kalangan intelektual sepanjang pekan lalu adalah Muhamad Chatib Basri. Menteri keuangan selama 1,5 tahun di akhir era SBY.
- AdaKami Menutup 2024 dengan Dampak Nyata untuk Ekonomi Nasional
- Allianz Soroti Peran Penting Industri Asuransi dan Media di Tengah Ketidakpastian Ekonomi
- Kemenkop Meluncurkan Logi Baru, Lambang Kebangkitan Koperasi
- Muzani Beber Tekad Presiden Prabowo Hapus Kemiskinan, Ada Kata Sungguh-Sungguh
- Menkeu Sri Mulyani Buka-bukaan soal Nasib Ekonomi Indonesia pada 2025
- Cantik Cerdas