Kelas Menengah Myanmar Terancam Habis Ditelan Kemiskinan

Kelas Menengah Myanmar Terancam Habis Ditelan Kemiskinan
Pengunjuk rasa menggelar aksi protes terhadap kudeta militer di Kota Yangon, Myanmar, Sabtu (6/2/2021). Mereka menuntut pembebasan pemimpin terpilih Myanmar Aung San Suu Kyi. Foto: ANTARA/REUTERS/Stringer/wsj

Pada Oktober, menteri investasi yang ditunjuk junta Myanmar mengatakan kepada Reuters bahwa otoritas militer mencoba yang terbaik untuk menghidupkan kembali ekonomi, dan menyalahkan "sabotase ekonomi" yang didukung asing atas krisis tersebut.

Jika tidak ada tindakan yang diambil, Wignaraja memperingatkan dampak krisis bagi generasi mendatang.

"Anda kehilangan satu generasi bukan hanya karena perang, Anda kehilangan satu generasi karena gangguan dan kecacatan yang berasal dari kekurangan makanan, gizi buruk, kemiskinan ekstrem," kata dia kepada Reuters.

Bank Dunia, yang sebelum kudeta memproyeksikan pertumbuhan ekonomi di Myanmar meskipun di tengah pandemi COVID-19, sekarang memperkirakan ekonomi negara itu akan berkontraksi lebih dari 18 persen tahun ini.

Kampanye Myanmar melawan penyakit itu kandas bersama dengan sistem kesehatan lainnya setelah militer menggulingkan pemerintah terpilih, yang telah berupaya meningkatkan pengujian, karantina, dan perawatan.

Layanan di rumah sakit umum runtuh setelah banyak dokter dan perawat bergabung dalam pemogokan dalam gerakan pembangkangan sipil di garis depan oposisi terhadap kekuasaan militer.

Lebih dari 1.200 orang telah dibunuh oleh pasukan junta, kata sebuah kelompok pemantau Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik, dan protes telah berkembang menjadi pemberontakan bersenjata, yang memicu kekacauan di seluruh negeri. (ant/dil/jpnn)

Dalam skenario terburuk, PBB memperkirakan jumlah orang Myanmar yang hidup di bawah garis kemiskinan dapat berlipat ganda


Redaktur & Reporter : Adil

Sumber antara

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News