Keluar dari Zona Nyaman, Buka Usaha Sendiri, Sudah Ekspor

Keluar dari Zona Nyaman, Buka Usaha Sendiri, Sudah Ekspor
Muhamad Lugina menunjukkan beragam hasil kerajinan rajutnya, saat car free day (CFD) di Jalan Udayana, kemarin (5/11). Foto: THEA/LOMBOK POST/JPNN.com

“Agar semakin pandai merajut, saya belajarnya saat malam hari. Kalau saya belajarnya siang, takutnya diledekin,” jawabnya sambil tertawa.

Sembari belajar dia mencoba menjual hasil kreasinya. Saat itu sederhana, hanya berupa gantungan kunci dan boneka kecil.

Belakangan dia berfikir bagaimana membuat rajutan yang tidak hanya bisa dijadikan hiasan, tapi juga bisa dimanfaatkan pemiliknya.

“Lalu saya dan istri membuat rajutan sepatu bayi, dan berkembang membuat rajutan sepatu orang dewasa,” bebernya.

Untuk membuat kerajinan tersebut, dia hanya membutuhkan benang polyster, jarum rajut, dan alas sepatu. Agar rajutannya berkualitas, bahan yang dipilih adalah bahan yang berkualitas.

Untuk membuat kerajinan rajut ia tidak membutuhkan waktu lama. Rata-rata barang yang dirajutnya, dijual dengan harga antara Rp 50 ribu hingga 280 ribu.

Dalam merintis usahanya, dia mengaku kerap mendapat rintangan. Bahkan saat dia mengutarakan niat berhenti bekerja sebagai karyawan, keluarganya langsung menentang. Namun karena keinginannya memiliki usaha sendiri begitu kuat, dia tidak bergeming.

Demikian halnya saat dia menjual hasil rajutannya, beberapa orang justru mencemoohnya. Bahkan menilai apa yang dilakukannya tidak wajar.

Ogi sendiri awalnya hidup mapan sebagai seorang karyawan sebuah BUMN. Keluar dari zona nyaman, dia memilih membuka usaha sendiri.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News