Keluarga Herawati Soekardi, Detektif Penyelamat Kupu-Kupu Sumatera

Kerjanya Mencari Daun-Daun yang Bolong Dimakan Ulat

Keluarga Herawati Soekardi, Detektif Penyelamat Kupu-Kupu Sumatera
Zulkifli saat menyampaikan pidato kunci metode Pendidikan Kebangsaan/Bela Negara yang dihadiri 100 anggota Menwa dari 19 perguruan tinggi se-Lampung pada Jumat (6/10). Foto: dok. Humas MPR

Hobi meneliti dedaunan yang dimakan ulat itu terbawa hingga saat di tempat-tempat yang banyak pepohonannya. Misalnya, ketika mereka berkunjung ke Taman Nasional Way Kambas atau Taman Nasional Bukit Barisan. "Saya terus berusaha menambah koleksi pepohonan baru sehingga koleksi kupu-kupunya bisa terus meningkat," ucapnya.
 
Saat ini di belakang rumah kayu yang dijadikan markas Taman Kupu-Kupu Gita Persada itu tumbuh 160 jenis tanaman. Mulai berbagai jenis bunga, rerumputan, pohon pisang, kelapa, rotan, hingga bambu.

Selain itu, ada pohon kayu hara atau pohon madu yang khas Lampung. "Di sini setiap spesies kupu-kupu memiliki makanan berbeda," terang Martinus, menantu Herawati yang menjadi manajer operasional taman kupu-kupu itu.

Obsesi Herawati dan keluarga untuk terus menambah koleksi kupu-kupu khas Sumatera terus diupayakan. Pasalnya, berdasar literatur yang dia pelajari, kupu-kupu khas Sumatera terdapat lebih dari 1.500 spesies. Sedangkan yang sudah dikoleksi taman itu baru 10 persennya. Karena itu, Herawati akan terus mencari tanaman baru yang menjadi sumber makanan ulat atau kupu-kupu spesies baru.

Konservasi kupu-kupu  tidak bisa dia kerjakan sendirian. Untuk itu, Herawati berharap agar taman kupu-kupu miliknya bisa menjadi model bagi tempat konservasi lain. "Kalau mengalami kesulitan tanaman untuk konsumsi ulat, kami siap menyuplai. Di sini banyak," tuturnya.

Taman kupu-kupu Herawati kini menjadi jujukan riset atau rekreasi para pencinta kupu-kupu dari berbagai kota di tanah air. Bahkan, ada sebuah hotel besar yang berniat membuat penangkaran kupu-kupu seperti yang dilakukan Herawati.

Menurut Herawati, semestinya di Sumatera tidak hanya taman kupu-kupu di Lampung yang dikembangkan. Tapi, perlu di lokasi lain untuk "menjaring" kupu-kupu dari kawasan Palembang atau Medan. "Harapan saya, di kota-kota tadi juga ada warga yang berinisiatif mendirikan taman kupu-kupu," katanya.
 
Herawati menegaskan, upaya konservasi kupu-kupu dari kepunahan bukan persoalan sepele. Memang, pada  awalnya Herawati sempat dicibir karena pamor kupu-kupu Sumatera kalah ketimbang badak, harimau, atau gajah Sumatera.

Tapi, Herawati tetap ngotot bahwa keragaman corak warna kupu-kupu merupakan kekayaan alam tropis yang harus dilestarikan. "Kekayaan alam kita ini harus dijaga dan dilestarikan sebelum nanti diklaim milik negara lain," tandas dia. (*/c4/ari)

Selain berprofesi sebagai dosen ilmu biologi di Universitas Lampung, Herawati Soekardi menjadi semacam detektif


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News