Kematian Freddie Mercury, Keganjilan Kucing, dan Kisah Pemakamannya

Kematian Freddie Mercury, Keganjilan Kucing, dan Kisah Pemakamannya
Freddie Mercury bersama dua kucingnya, Miko (depan) dan Delilah. Foto: Courtesy of Peter Freestone

Patricio jatuh ke prostitusi akibat keputusasaan dan kemiskinan. Dalam pesta pribadi itu pula Patricio mengonsumsi narkoba bersama sang megabintang.

Freddie, tutur Patricio, bukanlah sosok agresif saat melakukan aktivitas seksual sesama jenis. Menurutnya, Freddy selalu bersikap pasif.

Di panggung, Freddie terlihat gagah dan berkarisma. Namun, Freddie justru kemayu di kehidupan nyata.

“Ketika Anda mulai menjadi gay, Anda cenderung aktif. Namun jika anda populer dan setiap orang pengin pergi bersama Anda, Anda berubah pasif, karena itulah cara mudah bersenang-senang. Bertindak seperti laki-laki itu sangat melelahkan. Kebanyakan pria gay memilih peran sebagai wanita,” ujar Patricio.

Jelang akhir hayatnya, Freddie harus bertahan hidup dalam kondisi mengenaskan. Hanya ada dua orang yang setia merawatnya, yakni Peter Freestone dan Joe Fanelli.

“Aku harus melakukannya. Tak ada orang lain yang mampu melakukannya,” ujar Freestone di buku yang sama.

Saat dalam kondisi sakit parah sebelum ajal menjemput, Freddie hanya mau menerima orang-orang tertentu saja di rumahnya, Garden Lodge, wilayah Kensington, London. Dia lebih betah duduk berjam-jam membuat gambar tentang Delilah, kucing favoritnya.

Delilah pun menunjukkan keganjilan pada hari kematian Freddie. Kucing yang sudah seperti anak sendiri bagi Freddie itu terlihat tak betah di tempat yang disediakan khusus untuknya.

Freddie Mercury meninggal dunia pada 24 November 1991. Vokalis Queen itu meninggal akibat komplikasi bronkopneumonia dan AIDS.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News