Kematian Pelajar 17 Tahun Ancam Perang Antinarkoba Duterte

Kematian Pelajar 17 Tahun Ancam Perang Antinarkoba Duterte
Jenazah Kian Loyd delos Santos disemayamkan di rumahny, Manila, Filipina, Jumat (18/8). Foto: AP

Senat Filipina tak mau ketinggalan. Minggu malam (20/8) mayoritas senat sepakat menandatangani draf resolusi untuk mengecam operasi narkoba yang diberi nama One Time Big Time tersebut.

Dalam operasi yang berjalan hanya tiga hari itu, lebih dari 80 nyawa melayang tertembus peluru Polisi Nasional Filipina (PNP).

Senat meminta operasi tersebut diselidiki. Terutama mengenai kematian Santos.  Resolusi yang disetujui 17 di antara 24 senator itu dibahas hari ini saat seluruh kegiatan di senat kembali aktif.

Mayoritas senator tersebut menginginkan agar dibentuk komite khusus untuk menyelidiki tindakan-tindakan menyimpang dalam operasi antinarkoba itu.

Mayoritas senator yang menandatangani draf itu berasal dari partai-partai yang bersekutu dengan Presiden Filipina Rodrigo Duterte.

”Pelanggaran yang secara nyata dilakukan polisi dalam operasi narkoba ini telah membuat serangkaian tragedi (salah satunya, Red) seperti Kian Lyod Delos Santos,” bunyi penggalan draf itu.

Beberapa saksi mengaku melihat kekejian polisi dalam kasus Santos. Remaja yang masih duduk di kelas XI tersebut tiba-tiba ditarik polisi berpakaian preman.

Matanya ditutup. Santos menangis memohon ampunan untuk nyawanya. Namun, polisi dengan sadis menembak mati dirinya.

Masyarakat Filipina sebelum ini tak punya bukti cukup kuat bahwa razia antinarkoba yang digagas Presiden Rodrigo Duterte memakan korban orang tak

Sumber Jawapos.com

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News