Kematian Pelajar 17 Tahun Ancam Perang Antinarkoba Duterte
Senat Filipina tak mau ketinggalan. Minggu malam (20/8) mayoritas senat sepakat menandatangani draf resolusi untuk mengecam operasi narkoba yang diberi nama One Time Big Time tersebut.
Dalam operasi yang berjalan hanya tiga hari itu, lebih dari 80 nyawa melayang tertembus peluru Polisi Nasional Filipina (PNP).
Senat meminta operasi tersebut diselidiki. Terutama mengenai kematian Santos. Resolusi yang disetujui 17 di antara 24 senator itu dibahas hari ini saat seluruh kegiatan di senat kembali aktif.
Mayoritas senator tersebut menginginkan agar dibentuk komite khusus untuk menyelidiki tindakan-tindakan menyimpang dalam operasi antinarkoba itu.
Mayoritas senator yang menandatangani draf itu berasal dari partai-partai yang bersekutu dengan Presiden Filipina Rodrigo Duterte.
”Pelanggaran yang secara nyata dilakukan polisi dalam operasi narkoba ini telah membuat serangkaian tragedi (salah satunya, Red) seperti Kian Lyod Delos Santos,” bunyi penggalan draf itu.
Beberapa saksi mengaku melihat kekejian polisi dalam kasus Santos. Remaja yang masih duduk di kelas XI tersebut tiba-tiba ditarik polisi berpakaian preman.
Matanya ditutup. Santos menangis memohon ampunan untuk nyawanya. Namun, polisi dengan sadis menembak mati dirinya.
Masyarakat Filipina sebelum ini tak punya bukti cukup kuat bahwa razia antinarkoba yang digagas Presiden Rodrigo Duterte memakan korban orang tak
- 22 Pemain Timnas Indonesia untuk Menghadapi Irak dan Filipina, Ada Kejutan
- China Makin Ugal-ugalan di LCS, Kapal Misi Kemanusiaan Filipina Tak Diberi Ampun
- Kualifikasi Piala Dunia 2026: Pelatih Filipina Ancam Timnas Indonesia
- 2 Skenario Agar Timnas Indonesia Lulus Babak Ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026
- Pelatih Baru Filipina Menebar Ancaman, Timnas Indonesia Wajib Waspada
- Dunia Hari Ini: Dugaan Alasan ISIS Melakukan Aksi Bom Mematikan di Filipina