Kemendikbud Diminta Menggeber Deradikalisasi di Sekolah

Kemendikbud Diminta Menggeber Deradikalisasi di Sekolah
Nizar Zahro. Foto: dok/JPNN.com

Semua sekadar “gerakan pemikiran”. Memang kalak kelas tersebut dipanggil guru Bimbingan Konseling (BK) untuk diajak diskusi, tapi kalau sebuah ideologi sudah tertancap kuat, seribu nasihat tidak akan masuk ke hati.

Akhirnya pihak sekolah menyerah. "Dari penuturan si netizen tersebut dan keterlibatan anak-anak Dita sebagai eksekutor bom bunuh diri, membuktikkan bahwa sekolah rentan disusupi oleh paham radikalisme," katanya.

Tidak terbayang, kata dia, bahwa sudah 30 tahun yang lalu paham tersebut telah menyusup dalam sekolah-sekolah.

Maka, ungkap Nizar, tidak berlebihan jika disimpulkan bahwa saat ini telah terkader banyak pengikut radikalisme melalui media sekolah.

Temuan tersebut merupakan tantangan yang harus dijawab oleh Kemendikbud sebagai penanggung jawab pendidikan di Indonesia.

Untuk tahap awal, Kemendikbud harus segera menggeber program deradikalisasi di seluruh sekolah di Indonesia, dengan tujuan agar anak didik yang sudah terpapar virus radikalisme bisa diselamatkan.

Berikutnya adalah dilakukan pemetaan dan identifikasi sekolah-sekolah yang terpapar paham radikalisme.

Identifikasi bisa dilakukan dengan melakukan pelabelan. Untuk sekolah yang terpapar parah bisa diberi label merah, terpapar sedang label kuning, terpapar rendah label biru dan bersih dari paham radikalisme diberi label hijau.

Fakta bahwa pelaku bom bunuh diri di Surabaya akhir pekan lalu melibatkan anak-anak harus menjadi perhatian serius. Terutama bagi para stakeholder pendidikan

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News