Kemendikbudristek Gelar Pameran Arsip Bersama Irama Nusantara

Kemendikbudristek Gelar Pameran Arsip Bersama Irama Nusantara
Kemendikbudristek menggelar pameran arsip “Dari Ngak-Ngik-Ngok ke Dheg Dheg Plas” bersama Irama Nusantara. Foto: dok. Kemendikbudristek

Keseluruhan materi pameran disajikan secara kontemporer melalui mural, audio visual, dan tentu saja koleksi-koleksi asli berbentuk fisik.

Pameran terbagi ke dalam tiga zona, yaitu zona yang menampilkan awal perkembangan industri musik populer Indonesia (pra-1960), zona kedua yang menampilkan perkembangan industri musik populer di bawah kekuasaan Orde Lama (1960-1965), dan zona akhir yang berisi perkembangan industri populer Indonesia di bawah kekuasaan Orde Baru (1966-1969).

Melalui pameran ini pengunjung disuguhi ragam koleksi yang bukan hanya langka, tetapi juga bersejarah. Antara lain foto-foto musisi zaman Hindia Belanda, rilisan musik salah satu label pertama di Nusantara, Tio Tek Hong (tahun 1905), informasi tentang lagu “Indonesia Raya” pertama kali direkam, sampai dokumentasi pembakaran piringan hitam The Beatles di Jakarta tahun 1965 akibat pelarangan “musik Barat” oleh Orde Lama.

Rekaman pidato “Manifesto Politik Republik Indonesia” oleh Bung Karno tahun 1959 yang akhirnya melahirkan istilah “Ngak-Ngik-Ngok” itu juga dapat dilihat dalam pameran ini.

Irama Nusantara menghimpun ragam arsip-arsip itu bukan hanya dari koleksi pribadi, melainkan juga dari lembaga atau komunitas lain, seperti Arsip Jazz Indonesia, ANRI (Arsip Nasional Republik Indonesia), Remaco, Perpustakaan Negara, hingga lembaga Malaysia, FINAS (Perbadanan Kemajuan Filem Nasional).

"Musik populer Indonesia pada periode tahun 1960-an dipengaruhi oleh banyak konteks politik, ekonomi, sosial, teknologi, dan budaya yang kala itu dinamikanya berjalan sangat cepat dan drastis. Hasilnya dapat kita lihat melalui berbagai kemunculan berbagai bentuk musik yang sangat memengaruhi paradigma serta kesejarahan musik populer Indonesia, bahkan pada kurun waktu setelahnya hingga sekarang," kata Ignatius Aditya Adhiyatmaka, kurator pameran “Dari Ngak-Ngik-Ngok ke Dheg Dheg Plas.”

Selain itu, pengunjung dapat menonton film dari era 1960-an. Irama Nusantara bekerja sama dengan Kineforum menayangkan enam judul film, yaitu Amor & Humor (1961, sutradara Usmar Ismail), Liburan Seniman (1965, sutradara Usmar Ismail), Di Balik Tjahaja Gemerlapan (1967, sutradara Misbach Yusa Biran), Bintang Ketjil (1963, sutradara Wim Umboh & Misbach Yusa Biran), Cheque AA (1966, sutradara Alam Surawidjaja), dan Big Village (1969, sutradara Usmar Ismail). Pemutaran film digelar pada tanggal 17, 23, 30 September, dan 7 Oktober 2023, pukul 15:30, dan 14 & 15 Oktober 2023 pukul 12:30 dan 15:30, di Ruang Audio Visual, Museum Kebangkitan Nasional.

Seluruh program Rangkaian Irama dapat disaksikan secara gratis. Pengunjung hanya perlu membayar tiket masuk Museum Kebangkitan Nasional seharga Rp 2.000. (rhs/jpnn)


Kemendikbudristek melalui Ditjen Kebudayaan bersama Irama Nusantara menggelar pameran arsip musik.


Redaktur & Reporter : Rah Mahatma Sakti

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News