Kemenpar Siapkan Festival Border Tourism Lagi

Kemenpar Siapkan Festival Border Tourism Lagi
Ilustrasi

jpnn.com - ARUK - Sukses menghebohkan warga Aruk, Sambar, Kalbar dengan Festival Wonderful Indonesia di Borderland, membuat confidence Kemenpar. Rancangan event lanjutannya didesain lebih seru lagi, tentu dengan pengalaman yg sudah dijalani, Sabtu 27 Februari 2016. "Ada ratusan titik perbatasan, dan kami geber dengan event secara reguler," ungkap Arief Yahya, di Jakarta. 

Arief Yahya belajar dari negara-negara Eropa, yang jumlah kunjungannya besar. Paris misalnya setahun 60 juta. London sampai di angka 40 juta orang turiis. "Mereka punya jumlah turis banyak, karena bisa ditembus dengan jalur darat, dengan kereta. Jalur darat itu kesannya dekat, mudah, tidak buang banyak waktu," kata Mantan Dirut PT Telkom itu. 

Indonesia punya jalur perlintasan darat yang banyak. Kalimantan, Papua, Timor dan yang bisa ditempuh dengan jalur kapal dengan cepat, seperti Kepri, Sulut, dan lainnya. "Pasti episode lanjutannya akan dibuat lebih seru," papar Deputi Pengembangan Pariwisata Mancanegara Kemenpar, I Gde Pitana, didampingi Rizky Handayani Asdep Pemasaran ASEAN. 

Pada Festival Wonderful Indonesia lalu, acara heboh dan dikepung lautan manusia. Bahkan warga Malaysia ikut 'menginvasi' Aruk. Dari catatan Imigrasi di perbatasan, banyak warga Malaysia yang melintas via Aruk. Ada peningkatan 1362,5% mengingat di hari biasa. Yang patut dicatat, angka kunjungan itu muncul saat kawasan Aruk diguyur hujan deras sejak subuh hingga pukul 13.00.

Masyarakat Aruk seperti ketiban durian runtuh. Detak perekonomian langsung berdetak kencang. Warung makanan, warung kopi, toko kelontong, sampai hotel, kewalahan menerima pesanan.

Warung Dinda misalnya. Warung yang menjajakan kuliner khas Melayu itu mengaku ada pelonjakan keuntungan hingga lebih dari 800 persen. Kedai sederhananya yang terletak sekitar 2 km dari lokasi Festival Wonderful Indonesia tak pernah sepi dikunjungi warga yang melintas. 

Kedai-kedai kopi juga sama. Sejak H-3 acara, kedai-kedai kopi di Aruk tak pernah sepi. Warungnya sampai buka 24 jam. Padahal, di hari biasa, kedai kopi di perbatasan Indonesia-Malaysia itu hanya buka sampai pukul 16.00. Jam bukanya mengikuti penutupan border lintas batas yang sudah ditutup pukul 17.00 waktu Malaysia. Di kawasan ini, waktu Malaysia lebih cepat 1 jam dari Aruk, Kalimantan Barat.

"Kopi saya laku keras. Banyak untung lah. Saya sampai buka 24 jam," papar Wawan, salah seorang pemilik kedai kopi di Aruk.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News