Kementan Serius Hadapi Perubahan Iklim Ekstrem

Kementan Serius Hadapi Perubahan Iklim Ekstrem
Kementan mengerahkan jajaran fungsional Pengendali Organisme Pengganggu Tanaman (POPT) di Direktorat Jenderal Hortikultura untuk melakukan upaya mitigasi. Foto: Kementan

Koordinator Dampak Perubahan Iklim dan Bencana Alam, Muh. Agung Sunusi menjelaskan bahwa tahun ini Ditjen Hortikultura melakukan pengukuran Emisi GRK pada 2 komoditas, yaitu bawang merah di Kec. Argapuran Kab. Majalengka dan cabai di Kec. Pengalengan Kab. Bandung.

"Kami fokus di 2 (dua) lokasi ini untuk melihat sampai sejauh mana potensi penurunan emisi GRK pada Budidaya Ramah Lingkungan dibandingkan dengan budidaya konvensional di daerah dataran tinggi," ungkap Agung.

Agung menambahkan dari pengukuran ini akan terlihat pada fase apa budidaya ramah lingkungan dan konvensinal memberikan sumbangsih penurunan emisi GRK.

Salah satu petani hortikultura yang merasakan manfaat dari upaya mitigasi GRK adalah Pipit, Ketua kelompok tani Bernard Tani, Desa Wanasari, Pengalengan, Bandung Selatan, Jawa Barat. Pipit mengaku senang dengan hasil panennya yang meningkat sejak ia menerapkan budidaya ramah lingkungan.

“Alhamdulillah, sejak saya pakai pupuk organik dan pestida nabati yang diajarkan oleh petugas POPT, hasil panen cabai kami meningkat pesat. Cabai kami juga lebih sehat dan tahan lama," ujar Pipit. (jpnn)


Kementan mengerahkan jajaran fungsional Pengendali Organisme Pengganggu Tanaman (POPT) di Direktorat Jenderal Hortikultura untuk melakukan upaya mitigasi.


Redaktur & Reporter : Dedi Sofian

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News