Kenaikan UMP Bisa Meningkatkan Permintaan KPR Subsidi

Kenaikan UMP Bisa Meningkatkan Permintaan KPR Subsidi
Chief Economist BTN Winang Budoyo saat ditemui usai kegiatan media briefing Perbanas di Bandung, Kamis (23/11/2023). (ANTARA/Imamatul Silfia)

jpnn.com - BANDUNG - Chief Economist BTN Winang Budoyo menyebut kenaikan upah minimum provinsi (UMP) bisa berdampak pada peningkatan permintaan kredit pemilikan rumah, terutama KPR bersubsidi.

Dia menjelaskan bahwa KPR bersubsidi itu penerimanya ialah masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) dengan pendapatan Rp 4 juta sampai Rp 8 juta.

"Artinya, dengan kenaikan UMP, mereka bisa punya sisa uang untuk konsumsi yang lain,” kata Winang saat media briefing di Bandung, Jawa Barat, Kamis (23/11).

Terlebih, pemerintah juga menyediakan insentif Pajak Pertambahan Nilai Ditanggung Pemerintah (PPN DTP).

Insentif tersebut, seiring dengan kenaikan UMP, dapat mendorong sektor perumahan.

Selain peningkatan permintaan, kenaikan UMP juga bisa berdampak pada meningkatnya suplai.

Meningkatnya permintaan akan turut mengerek gairah pengembang menambah stok rumah.

Secara khusus untuk DKI Jakarta, kata Winang, UMP senilai Rp 5,06 juta memadai guna membeli rumah dengan skema KPR subsidi di area Jakarta dan sekitarnya.

Chief Economist BTN Winang Budoyo menyebut kenaikan UMP bisa berdampak pada peningkatan permintaan terutama KPR bersubsidi.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News