Kenduri Kabinet

Oleh: Dahlan Iskan

Kenduri Kabinet
Dahlan Iskan (Disway). Foto: Ricardo/JPNN.com

"Saya tidak mengharapkan duduk di kabinet. Yang penting bagaimana Malaysia bisa maju. Bisa bicara di panggung dunia lagi," ujar Guan Eng kepada media di sana.

"Yang penting jangan ada yang mencuri Malaysia," lanjutnya.

Sedang GPS tegas bersikap: harus dapat jatah 4 menteri. Itu sama dengan jatah GPS saat berkoalisi dengan Perikatan Nasional dan Barisan Nasional sebelum ini.

Tentu sulit bagi Anwar untuk membuat kabinet ramping. Padahal ia ingin seperti di masa awal Malaysia merdeka dulu (1957).

Waktu itu anggota kabinetnya ramping sekali: hanya 12 orang. Di pemerintahan berikutnya pun (1963) masih cukup ramping: 14 orang. Belakangan (2021) anggota kabinet itu menjadi 31 orang.

Meski harus mengakomodasikan banyak kepentingan, rasanya Anwar tidak akan seperti Rajapaksa di Sri Lanka.

Saking maunya merangkul banyak pihak, kabinet terakhir Rajapaksa terdiri dari 82 orang. Itulah kabinet terbesar di dunia, di zaman modern sekarang ini.

Itu mengingatkan kita pada masa akhir pemerintahan Bung Karno. Waktu itu Presiden Soekarno menyusun kabinet 80 orang lebih –sampai disebut sebagai "Kabinet 100 menteri".

Ketika menulis naskah ini saya harus sering berhenti: harus melihat perkembangan di Malaysia. Terutama apakah Anwar Ibrahim sudah mengumumkan kabinetnya.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News