Kepala Perpusnas: Indonesia Kekurangan 500 Juta Buku yang Harus Didistribusikan

“Artinya, negara-negara Eropa selalu mengakui Indonesia sebagai negara tertua seribu tahun dari mereka. Bagaimana bisa kita katakan Indonesia mempunyai budaya baca yang rendah?” tanya dia.
Menurut Syarif, jika banyak penelitian menunjukkan budaya baca Indonesia rendah, maka itu hanya persoalan ketersebaran buku yang belum merata ke berbagai pelosok daerah. Bayangkan saja, kata dia, satu buku ditunggu 90 oleh orang untuk dibaca.
“Indonesia hanya kekurangan buku. Merujuk ketentuan UNESCO, Indonesia masih kekurangan 500 juta buku yang harus didistribusi,” sambung Syarif.
Itu sebabnya, kata dia, tahun ini Perpusnas makin gencar meminta para pelaku di sisi hulu untuk menulis.
Para pakar, dosen, guru bisa menulis buku sebanyak mungkin untuk disebarluaskan ke seluruh negeri.
Hilir dari proses literasi ini adalah penciptaan barang dan jasa baru.
"Indonesia harus menjadi negara produsen, bukan hanya pemakai," jelas Syarif.
Anggota Komisi X DPR RI Putra Nababan menyatakan dukungan positif pada momen perayaan ulang tahun ke-41 Perpusnas ini.
Apalagi, pada momen pandemi Covid-19, digitalisasi konten perpustakaan yang digiatkan Perpusnas sejak 2015 sangat dinikmati pada masa-masa sulit ini.
Kepala Perpusnas Syarif Bando menyatakan Indonesia kekurangan 500 juta buku yang harus didistribusikan sehingga memengaruhi budaya baca masyarakat. Dia menepis anggapan orang Indonesia malas membaca.
- Prabowo Bakal Digitalisasi Sekolah, Siswa Bisa Belajar Dari Layar Televisi
- GCG dan Digitalisasi Jadi Kunci BUMD Makin Berkembang
- PP Hima Persis Hadirkan Aplikasi Satind Sebagai Upaya Digitalisasi Organisasi
- Manfaatkan Digitalisasi, PLN IP Sukses Jaga Keandalan Pasokan Listrik Selama Libur Lebaran
- Anggota Dewan DIY Dorong Terwujudnya Regulasi Smart Province
- Civil Society For Police Watch Merilis Hasil Survei Tentang Urgensi Digitalisasi Kepolisian, Hasilnya?