Kera Slow

Oleh: Dahlan Iskan

Kera Slow
Dahlan Iskan (Disway). Foto: Ricardo/JPNN.com

Akan tetapi Haji Aseng bukan istri tua. Ia justru mendorong saya untuk menerima tawaran itu. Setengah memaksa.

"Besok Datuk Low datang. Tinggal di sini. Sekalian bisa bertemu dan makan siang dengan beliau," ujar staf di situ.

Tentu saya ingin bertemu orang sekaya itu. Belum tentu saya bisa menemuinya di Jakarta. Atau di Singapura.

Urusan tas kecil itu mudah. Bisa dijemput untuk dibawa ke vila ini.

Kami pun menghabiskan sore di situ. Sambil mengobrol soal tambang. Lalu disusul makan malam di situ. Dengan menu ikan nila yang di-fillet, dengan diberi topping sambal matah. Enak sekali.

Biasanya saya menghindari ikan nila. Kurang gurih. Pilih gurami.

Namun, malam itu saya mendapatkan nila yang berbeda. Sejak itu saya mau makan nila masakan istri saya. Di Kaltim ini. Rupanya rasa nila di sini berbeda dengan yang di Surabaya.

Setelah makan malam saya mendapat sajian data: soal tambang Bayan Resource. Lalu tidur.

Saya bertemu orang yang kekayaannya naik Rp 30 triliun hanya dalam dua tahun itu: Datuk Low Tuck Kwong. Di lokasi yang begitu jauh. Di pedalaman Kaltim.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News