Kesaksian Marco Polo saat Berangkat Bersama Pasukan Monggol Menyerbu Singosari
Kapal kami berpisah di Selat Karimata. Piter dan tentaranya akan bergabung dengan tentara Monggol lainnya yang sudah berpangkalan di Pulau Karimata.
Kami melayari lautan luas mengarungi Selat Malaka. Tiba-tiba mati angin. Rombongan kami terpaksa mendarat di Pulau Swarna (Sumatera) menanti angin.
Tapi, angin yang kami nantikan tak kunjung datang. Kami terpaksa tinggal di pulau ini selama hampir setengah tahun.
Pulau Swarna sangat indah. Penduduknya ramah-tamah. Mereka sudah memeluk Islam. Banyak tumbuh kerajaan kecil. Dan aku sempat bertemu dengan Sultan Malikus Saleh, Raja Samudera Pasei.
Ayah dan Paman Maffeo memborong rempah-rempah di sini. Sambil menjual barang yang kami bawa dari Negeri Monggol. Tembikar yang kami bawa dari Cathay sangat mereka sukai.
Beberapa anggota rombongan, yaitu pengawal-pengawal yang telah mengikuti kami sejak dari Konstantinopel ada yang kawin dengan penduduk setempat.
Tentu saja ketika kapal kami berangkat lagi, mereka tetap tinggal di pulau tersebut. Kata ayah, dia tidak membeli kebebasan mereka ketika bertemu dengan mereka dulu di Konstantinopel. (wow/jpnn)
BAHWA Kertanegara Raja Singosari menolak takluk kepada Monggol, sudah banyak dirawi para sejarawan. Tapi, tahukah Anda bahwa Marco Polo, petualang
Redaktur & Reporter : Wenri
- Ganjar Datangi WALHI untuk Berdiskusi, Hasilnya Seide soal Hilirisasi Rempah-Rempah
- Alam Ganjar Sambangi Keraton Surakarta Hadiningrat Untuk Belajar Sejarah
- Sejarah Ponpes Lirboyo yang Menyatakan Dukungan kepada Anies-Muhaimin
- Datangi Rumah Sejarah di Rengasdengklok, Ganjar Ingin Menularkan Semangat Perjuangan
- Lestari Moerdijat Sampaikan Pentingnya Pembelajaran yang Memperkuat Akar Sejarah
- 2024, Kemendikbudristek Targetkan Jalur Rempah Jadi Warisan Dunia UNESCO