Kesambet Sambo
Oleh Dhimam Abror Djuraid
jpnn.com - Budayawan Emha Ainun Nadjib mengaku kesambet dan meminta maaf kepada semua orang yang ‘’kecipratan’’ oleh ucapannya.
Cak Nun -panggilan kondangnya- membuat permintaan maaf itu sehari setelah video berisi ucapannya yang menyamakan Jokowi dengan Firaun serta Luhut Pandjaitan ibarat Haman vidal di media sosial.
Video 'Firaun bernama Jokowi' itu menjadi viral. Video soal Cak Nun kesambet juga tak kalah viralnya.
Pernyataan kesambet itu diungkapkan Cak Nun dalam siniar bersama anak sulungnya, Sabrang Mowo Damar Panuluh, atau yang lebih populer sebagai Noe Letto. Dalam siniar itu, Cak Nun mengaku disidang oleh keluarga dan orang-orang dekatnya sendiri gegara ucapanya soal 'Firaun bernama Jokowi'.
Sontak diksi 'kesambet' menjadi populer dan dikutip banyak orang. Ribuan netizen mengutip istilah dan mengomentari istilah itu.
Berbagai konten mengenai Firaun juga bermunculan dan kembali beredar. Konten lama yang menyebut Anies Baswedan -ketika itu masih menjadi gubernur DKI- sebagai Firaun juga beredar lagi.
Kesambet adalah istilah bahasa Jawa untuk menyebut seseorang yang terserempet kekuatan sejenis makhluk halus atau semacam roh jahat. Di pedesaan di Jawa zaman dahulu, anak-anak dilarang mendekat ke rumah seseorang yang meninggal dunia karena dikhawatirkan kesambet.
Kalau ada iring-iringan jenazah yang lewat menuju pemakaman, anak-anak diminta menjauh karena takut kesambet. Seseorang yang kesambet akan melakukan atau mengatakan sesuatu di luar kesadarannya.
Maling ayam pun dituntut 5 tahun, tetapi tiga terdakwa pembunuhan berencana terhadap Yosua dituntut 8 tahun. Nilai nyawa manusia ternyata hanya 1,5 kali ayam.
- Sempat Dicopot Gegara Kasus Sambo, Kombes Budhi Kini Dapat Promosi Bintang
- Kenaikan PPN 12 Persen Bakal Ditunda, Marwan Cik Asan: Pilihan Bijak
- Rangkap Jabatan Luhut Binsar Berpotensi Membebani Prabowo di Masa Depan
- Pak Luhut Dapat Tambahan Jabatan Khusus, Selamat
- Prabowo Lantik 7 Penasihat Presiden, Ada Wiranto hingga Luhut Binsar
- Apa Fungsi Luhut Binsar di Kabinet Merah Putih?