Kesempatan Presidensi G-20 Jangan Disia-siakan

Kesempatan Presidensi G-20 Jangan Disia-siakan
Staf Ahli Menteri Keuangan Bidang Jasa Keuangan dan Pasar Modal Suminto. Foto: Dokumentasi pribadi

Hal ini memunculkan kesadaran perlunya melibatkan emerging economies dalam forum tata kelola global.

G20 sempat merespons shock non-ekonomi serangan teroris 11 September 2001, melalui kacamata kerja sama keuangan.

Krisis finansial global pada tahun 2008, juga tidak luput dari pembahasan. Sifat responsif G20 masih dipertahankan hingga saat ini. Oleh karena itu, G20 fokus membahas pemulihan dampak ekonomi yang diakibatkan pandemi.

“Tema "Recover Together, Recover Stronger," yang diusung untuk pertemuan tahun depan, juga merupakan respon dari kondisi saat ini, di mana negara-negara di dunia masih berusaha memulihkan diri dari dampak ekonomi yang disebabkan pandemi, yang diyakini masih akan terasa hingga tahun 2022 mendatang," katanya.

G20 juga dikenal sebagai forum yang lebih luwes dibandingkan forum seperti Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB). Ke-luwes-an yang dimiliki G-20 berbeda dengan lembaga formal seperti PBB yang sangat terikat dengan formal treaty.

Oleh sebab itu, G20 menjadi sangat adaptif dalam menyediakan kerangka pembahasan agenda tata kelola ekonomi global yang solutif dan akomodatif berbasis konsensus.

Selain itu, G20 juga dikenal dengan kepatuhan para anggotanya melaksanakan kesepakatan.

Bisa dikatakan, posisi presidensi G20 adalah kesempatan emas bagi Indonesia untuk berkontribusi dalam pemulihan ekonomi global dari dampak pandemi Covid-19. Jika amanah tersebut dapat diemban dengan baik, maka kepercayaan dunia internasional terhadap Indonesia akan kembali meningkat dan banyak dampak positif yang bisa dirasakan.

Suminto mengatakan kepercayaan untuk memegang presidensi G20, juga berarti kepercayaan terhadap kemampuan Indonesia dalam memulihkan diri dari pandemi.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News