Kesenjangan Ekonomi di Sydney Makin Terasa karena Lockdown COVID-19

Kesenjangan Ekonomi di Sydney Makin Terasa karena Lockdown COVID-19
'Lockdown' di Sydney semakin memperlebar kesenjangan kehidupan warga, antara mereka yang sudah kesulitan dengan yang tidak. (ABC News: Mridula Amin)

Pada saat itu, dia tidak dapat memperoleh tunjangan bencana COVID-19 dari Pemerintah Federal karena dia sudah menerima pembayaran Centrelink.

Dia menyambut baik program pemerintah untuk memberikan bantuan dana sebesar A$200, atau lebih dari Rp2 juta bagi mereka yang telah kehilangan lebih dari delapan jam kerja akibat 'lockdown'.

"Sekarang saya bisa mulai membeli makanan di supermarket sedikit lebih banyak, jadi mungkin ini akan menjadi pasokan makanan saya terakhir minggu ini," katanya.

Dengan saluran dana pemerintah dan uang bantuan sebagai 'single mother', Elena memiliki sekitar A$550, atau lebih dari Rp5 juta seminggu.

Harga sewa apartemennya adalah A$410. Jika dia masih bekerja, dia akan memiliki dana ekstra sekitar A$150 seminggu.

Keluarga Jamshid Mirzae mengungsi dari Afghanistan dua dekade yang lalu dengan harapan mencari masa depan yang lebih baik, termasuk mendapatkan pendidikan.

Sebuah mimpi yang tidak ingin disia-siakan oleh mahasiswa berusia 22 tahun itu, setelah tiba di Australia bersama keluarganya pada tahun 2016 tanpa terlalu bisa bahasa Inggris, setelah mereka hidup sebagai pengungsi di Iran.

“Dengan banyaknya kelas daring, saya kesulitan fokus dan menjadi produktif. Saya khawatir karena saya tidak ingin tidak lulus satu pelajaran pun,” katanya.

Ahli epidemiologi Deakin University, Sharon Brennan-Olsen, mengatakan Sydney sedang mengulangi pola ketidaksetaraan di Melbourne yang disebabkan oleh lockdown

Sumber ABC Indonesia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News