Ketahui 5 Mitos Tentang Berobat ke Luar Negeri

Ketahui 5 Mitos Tentang Berobat ke Luar Negeri
Ilustrasi dokter. Foto: Pixabay

Ada faktor di luar kendali dokter, seperti apakah pasien mengikuti saran dari dokter atau tidak, makan obat teratur atau tidak, dll. Oleh karena itu, sembuhnya seorang pasien akan didukung baik oleh faktor dokter, teknologi, dan pasien itu sendiri.

3. Benarkah tidak perlu antri untuk bertemu dokter?
Faktanya: Tergantung rumah sakit yang dituju.

Hampir semua klinik dokter di Singapura menggunakan sistem appointment jadi pasien sudah diberikan jadwal pasti (hari dan jam nya) untuk ketemu dokter. Sistem ini membuat pasien tidak perlu menunggu berjam-jam untuk bisa ketemu dokter. Cukup datang pada waktu yang sudah ditentukan, dokternya akan siap menemui pasien.

Sayangnya baru sebagian rumah sakit di Malaysia juga menggunakan sistem appointment seperti di Singapura, masih banyak yang menggunakan sistem first come first serve.

Sistem ini membuat pasien cenderung berlomba-lomba datang sepagi mungkin (bahkan ada yang antri dari jam 3 subuh), untuk dapat nomor antrian seawal mungkin supaya bisa ketemu dokter duluan. Bagi pasien yang datang agak siang, sudah pasti dapat nomor antrian ‘buncit’. Kalau sudah begini, bisa tunggu cukup lama.

4. Wajib bisa bahasa Inggris
Faktanya: Tidak perlu!

Seperti yang telah dijelaskan di atas, tren orang Indonesia berobat keluar negeri sudah berlangsung selama 2 dekade terakhir, hal ini membuat rumah sakit baik di Malaysia dan Singapura ‘berbenah’. Sebagian besar dokter dan staff rumah sakit di sana bisa Bahasa Indonesia atau setidaknya Melayu.

Bahkan di beberapa rumah sakit di Singapura, mereka menyediakan penerjemah yang siap menemani Anda selama proses konsul agar tidak ada salah paham.

Seiring dengan makin populernya tren berobat keluar negeri ini, ada beberapa mitos yang berkembang yang tidak sepenuhnya benar.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News