Ketika Itu Habibie Menangis

Ketika Itu Habibie Menangis
Mantan Presiden RI BJ Habibie melakukan ziarah di Makam ibu dan bapak tercintanya di TPU Tanah Kusir, Jakarta, Jumat (27/5/16). FOTO : FEDRIK TARIGAN/JAWA POS

”Masalah itu sudah terselesaikan. Marulloh telepon dua jam sebelum keberangkatan. Katanya, sudah tidak ada kursi. Lewat Paris, London, dan yang lainnya semua penuh. Fully booked karena mau Easter. Gila! Masak tidak ada satu pun,” ungkap Habibie.

Tidak mau menyerah, Habibie menelepon petinggi Lufthansa di Jerman. Dia menceritakan kondisinya. Istrinya butuh segera dibawa ke Jerman. Dia juga mengatakan butuh 2 tiket first class, 4 business class, dan 4 ekonomi. Semuanya penuh. Mereka bilang begitu. 

”Gila! Saya butuh. Akhirnya, mereka mengumumkan kondisi saya di pesawat. Akhirnya, ada bule-bule Londo yang memberi kami seat. Katanya, penerbangan mereka bisa ditunda. Sementara saya urgen,” kata ayah dua putra itu.

Semua yang dibutuhkan telah siap. Habibie hanya perlu membawa Ainun ke bandara dan mereka akan langsung lepas landas menuju Jerman. Semua persoalan itu diselesaikan Habibie selama Ainun menjalani pemeriksaan MRI.

Begitu Ainun keluar dari ruang pemeriksaan, Habibie langsung memintanya bergegas. ”Saya tidak mau. Saya tidak mau mati di luar negeri. Saya mau mati di sini,” kata Habibie menirukan perkataan istrinya.

Habibie menjelaskan, itu bukan soal mati di mana. Namun, soal bagaimana dia berupaya memberikan yang terbaik kepada istrinya. Habibie ingin istrinya mendapatkan perawatan terbaik dari dokter terbaik juga. Jerman adalah jawabannya. Tiga jam setelah pemeriksaan, Habibie dan Ainun beserta rombongan bertolak ke Jerman.

Dalam perjalanan, Habibie menghubungi stafnya di Jerman. Dia minta disediakan ambulans dengan dokter dan perlengkapan lainnya untuk membawa Ainun langsung ke klinik. Semua sudah disiapkan Habibie untuk perempuan yang paling dicintainya itu.

Di tengah perjalanan, Ainun mengalami sesak napas. Berdasar perhitungan, oksigen yang tersedia di kabin pesawat hanya mampu bertahan sampai satu jam sebelum pesawat mendarat. 

SEMANGAT B.J.Habibie tak pernah kendur. Berbicaralah, lalu tataplah matanya.  Maka, siapa pun akan mendapati kobaran api semangat yang menyala-nyala.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News