Ketika Warga Miskin RI Luput dari Penanganan COVID-19

Ketika Warga Miskin RI Luput dari Penanganan COVID-19
Warga Muara Baru, Jakarta Utara, Herdayati (48) bersama putri kembarnya Zianca Salsabila Bilqis (7) dan Vianca Salsabila Balqis (7). (REUTERS: Willy Kurniawan)

Di Muara Baru, kawasan padat penduduk di Jakarta Utara, belakangan ini sering terdengar lelucon pahit tentang istilah PPKM.

"Pelan Pelan Kita Mati," ujar Herdayati (48), warga setempat, yang memiliki enam orang anak.

Ia merujuk kepada Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) darurat, yang diterapkan pemerintah sejak awal Juli untuk mengatasi penyebaran virus corona.

Pandemi saat ini semakin memperparah kemiskinan dan kelaparan bagi banyak warga, atau dalam lelucon Herdayati, mereka pelan-pelan menuju ke kematian.

Para ekonom menyebut lebih dari separuh penduduk Indonesia yang berjumlah 270 juta orang hanya mampu berbelanja di bawah $60 (sekitar Rp700 ribu) per bulan, menempatkannya di urutan kedua tertinggi kelompok yang "rentan secara ekonomi" di dunia.

Gelombang kedua COVID-19 membanjiri layanan kesehatan setempat, karena infeksi melonjak lima kali lipat dalam sebulan terakhir. Dalam seminggu ini, Indonesia mencatat rata-rata 49.435 kasus baru dan lebih dari 1.000 kematian per hari.

Tidak ada negara lain di dunia yang terkena pukulan lebih keras daripada Indonesia, padahal menurut para pakar kesehatan, tes yang dilakukan lebih rendah sehingga data resmi tak mencerminkan angka sebenarnya.

Menurut Jaringan Rakyat Miskin Kota (JRMK), rata-rata dua orang meninggal dengan gejala COVID-19 setiap hari di Muara Baru, yang berpenduduk sekitar 6.000 jiwa.

Di Muara Baru, kawasan padat penduduk di Jakarta Utara, belakangan ini sering terdengar lelucon pahit tentang istilah PPKM

Sumber ABC Indonesia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News