Ketika Yahudi Australia Berubah Pikiran soal Israel, Simak Ceritanya

Ketika Yahudi Australia Berubah Pikiran soal Israel, Simak Ceritanya
Seorang pekerja medis Palestina mengumpulkan sampel usap dari seorang anak laki-laki untuk diuji penyakit coronavirus (COVID-19), di Jalur Gaza selatan, Kamis (14/1/2021). Foto: ANTARA FOTO/REUTERS/Ibraheem Abu Mustafa/RWA/sa.

Bagi Antony Loewenstein, penulis dan jurnalis Australia-Jerman, yang juga seorang Yahudi, Gaza bukanlah tempat yang perlu ditakuti.

Tinggal dan bekerja di Yerusalem Timur, ia pernah mengunjungi Gaza yang jadi bagian dari Palestina, untuk menikmati makanan laut, budaya, serta keramahan warganya.

"Saya pikir penting bagi seorang Yahudi untuk mengatakan kepada orang-orang di luar sana kalau Gaza bukanlah negeri yang jauh dan menakutkan,” katanya.

"Kita akan selalu mendengar suara anak-anak. Sekitar separuh warga di sana berusia di bawah 18 tahun. Seringkali kita akan melihat anak-anak bermain, tertawa, menangis, berteriak… di mana-mana."

"Dan saya punya teman di sana yang punya anak, dan kami sering menghabiskan waktu bersama anak-anak mereka."

"Ada beberapa bagian di Gaza yang menawarkan keindahan yang nyata, yakni ketenangan. Produk sayur dan buah yang segarnya luar biasa, serta ikan yang juga segar."

Melihat kehancuran Gaza saat ini, Antony langsung ikut merasakannya.

"Saya mencoba melihat gambar-gambar kerusakan sambil bertanya, apakah saya pernah pergi ke situ? Apakah saya pernah pergi ke restoran di sana, atau apakah saya bertemu orang-orang di tepi pantainya? Saya merasa marah dan sedih, sambil merasa tidak berdaya," ujarnya.

Investigasi Antony Loewenstein terhadap Israel dan kependudukannya di Palestina mendapat pengakuan internasional

Sumber ABC Indonesia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News