KGB dan Gatot Nurmantyo

Oleh: Dhimam Abror Djuraid

KGB dan Gatot Nurmantyo
Mantan Panglima TNI Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo saat menghadiri deklarasi KAMI di Tugu Proklamasi, Menteng, Jakarta Pusat, Selasa (18/8). Foto: YouTube/JPNN

Dalam sebuah perdebatan di televisi, Gatot memaparkan sejumlah indikator itu. Salah satu yang ditekankan oleh Gatot adalah upaya pencabutan Tap MPRS 1966. Mereka yang mendukung pencabutan itu, oleh Gatot, disebut sebagai orang-orang KGB.

Usman Hamid, ketua Amnesti Internasional, yang mewakili kelompok liberal, menyerang balik argumen Gatot Nurmantyo. Menurut Hamid, tuduhan Gatot tidak berdasar. Tuduhan bahwa pendukung pencabutan Tap MPRS adalah KGB, adalah tuduhan yang menyesatkan.

Menurut Hamid, pengusul pencabutan Tap MPRS adalah Presiden Gus Dur pada yang berkuasa 1999-2001.

Gus Dur adalah kiai dan keturunan kiai. Karena itu, kata Hamid, tidak mungkin Gus Dur PKI. Hamid menambahkan, dirinya setuju dengan usulan Gus Dur, dan itu tidak berarti bahwa Hamid PKI atau KGB.

Hamid menambahkan bahwa dia anak seorang kiai kampung, karena itu tidak mungkin menjadi PKI atau KGB.

Logika yang dipakai Hamid bisa menyesatkan. Kesimpulan bahwa anak kiai tidak mungkin menjadi PKI adalah kesimpulan yang gegabah. Sejarah menunjukkan bahwa D.N Aidit lahir dari keluarga kiai kampung di Belitung. Tan Malaka lahir dari keluarga santri dan guru mengaji di Sumatera Barat.

Sebagai gerakan politik, PKI sudah mati. Namun, sebagai ideologi, komunisme masih tetap hidup. Rusia dan China menjadi bukti nyata. Jika tidak diwaspadai, Indonesia bisa saja bergerak mengikuti pola China atau Rusia. (*)

Kamu Sudah Menonton Video Terbaru Berikut ini?

Salah satu yang ditekankan oleh Gatot Nurmantyo adalah upaya pencabutan Tap MPRS 1966.


Redaktur : Adek
Reporter : Cak Abror

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News