Khawatir Sultan Dibisiki Setan, Kiai NU Jogja Tolak Sabdaraja

Khawatir Sultan Dibisiki Setan, Kiai NU Jogja Tolak Sabdaraja
Khawatir Sultan Dibisiki Setan, Kiai NU Jogja Tolak Sabdaraja

Jadul lantas merinci satu per satu gelar untuk Sultan Jogga. Misalnya, gelar ngabdurakhman menunjukkan posisi sultan sebagai raja, tapi tetap hamba Tuhan. Gelar itu membatasi sultan supaya tidak bertindak otoriter.

Sedangkan makna sayidin panatagama berarti tugas menciptakan kehidupan umat beragama supaya tetap harmonis. “Gelar-gelar ini penting untuk menjamin keamanan, ketentera-man, dan keharmonisan. Ada stigmatisasi perubahan gelar terhadap Islam,”  paparnya.

Sedangkan salam penjelasan tertulis PWNU Jogja berjudul “Kontroversi Sabdaraja Sultan HB X”, para kiai berharap agar gelar-gelar yang sebelumnya disandang Raja Jogja tetap dipertahankan. PWNU merasa memiliki kewajiban moral dan sosial untuk mengingatkan hal itu karena punya hubungan historis yang kuat dengan  Keraton Jogja.

Berdirinya Keraton Jogja sebagai penerus dinasti Mataram Islam tidak bisa dilepaskan dari peran para kiai. Jadul mencontohkan keberadaan pondok pesantren di Mlangi, Sleman yang didirikan KH Nuriman atau RM Sandiyo yang tak lain salah satu saudara Pangeran Mangkubumi atau HB I.(jpnn)

JOGJA –  Sabdaraja yang dikeluarkan Sultan Hamengku Bawono Kasepuluh pada 30 April bukan hanya menimbulkan kegelisahan di internal Keraton


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News