Kiai Migas

Oleh Dahlan Iskan

Kiai Migas
Foto: disway.id

Gus Kikin juga masih mengajarkan kitab kuning populer lainnya: Durusul Falaqiyah.

Dari pesantren itu Gus Kikin masuk akademi yang tidak akan Anda sangka: Akademi Pelayaran di Jakarta. Sampai selesai. Sampai memiliki kemampuan mengemudikan kapal.

Setamat akademi itu Gus Kikin berkarier di BUMN: menjadi pegawai Djakarta Lloyd. Dengan karir yang moncer pula: umur 30 tahun sudah menjadi kepala cabang di Cilegon.

Itulah masa jaya Djakarta Lloyd. Dengan grup band terkemukanya: D'Lloyd.

Setelah lebih 10 tahun di Djakarta Lloyd --dan pindah-pindah ke beberapa cabang-- Gus Kikin pun keluar. "Saya melihat ada yang tidak sehat di situ. Suatu saat akan bahaya," ujar beliau.

Saat kelak Djakarta Lloyd benar-benar di bibir kebangkrutannya Gus Kikin sudah lama jadi pengusaha. "Saya jadi eksportir," ujarnya.

Yang diekspor adalah komoditi seperti pinang, minyak asiri, dan banyak lagi. Tujuan utamanya Korea Selatan.

Belakangan Gus Kikin punya usaha minyak dan gas bumi. Sumur pertama gasnya ada di Madura. Tepatnya di Sumenep. "Sebentar lagi gasnya sudah mengalir," kata Gus Kikin.

Gus Sholah harus masuk RS lagi. Diketahuilah banyak cairan di jantung beliau. Cairan itu lantas disedot. Mencapai 500 mililiter.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News