Kikuk Ucapkan Alat Kelamin, Pernah Sebut Anu

Kikuk Ucapkan Alat Kelamin, Pernah Sebut Anu
PENGALAMAN: Bripka Yuli Muji Lestari di Satreskrim Polrestabes Surabaya. Guslan Gumilang/Jawa Pos/JPNN.com

Yuli juga sering kikuk ketika harus menyebut alat kelamin, terutama milik laki-laki. ”Awal-awal saya sering menggunakan nama anu. Tapi, hal itu sering tidak dimengerti,” kenangnya. Hal itu memaksanya untuk berani menyebut nama alat kelamin lawan jenisnya. ”Waktu itu saya merasa malu dan wajah saya memerah saat menyebutkannya,” imbuhnya.

Karena itu, pada masa-masa tersebut, Yuli sering meminta tolong rekan-rekan kerjanya jika harus bertanya tentang itu. Tapi, seiring berjalannya waktu, rekan-rekannya menyarankan untuk lebih berani. Mereka juga tidak segan berbagi pengalaman dalam bentuk tutur kata tentang hubungan suami-istri. Lama-lama Yuli akhirnya tidak lagi kikuk. Bahkan, saat ini dia yang justru menjadi tempat belajar para penyidik lainnya.

Menjadi penyidik PPA, Yuli juga memiliki kebiasaan lain jika dibandingkan dengan penyidik kasus lain. Sering saat menyidik, dia tidak hanya duduk di balik meja. Tetapi, dia juga harus mau duduk lesehan di lantai atau tempat duduk lainnya tanpa harus berhadapan dengan komputer. Tidak hanya itu, Yuli juga harus selalu sedia permen dan cokelat di laci mejanya.

Semua itu dilakukan kalau harus bertanya kepada korban yang masih anak-anak. ”Saat saya harus mengorek keterangan anak-anak, saya harus pandai-pandai membuat siasat. Sering kali saya bertanya sembari bermain atau dengan membagikan permen dan cokelat terlebih dahulu,” terangnya.

Yuli sadar bahwa anak-anak merasa tidak nyaman kalau dihadapi secara formal. Anak-anak juga pasti sulit bicara lancar kalau duduk di depan komputer sembari ditanya. Maka, jalan yang terbaik adalah mengajaknya bermain.

”Selain banyak cerita, menjadi penyidik PPA juga menjadikan saya memiliki banyak pengalaman berarti untuk mengarungi rumah tangga,” akunya. Yuli menyebut keretakan hubungan rumah tangga sering disebabkan kurangnya perhatian. Hal itu pula yang sering memicu anak menjadi pelaku atau korban pelecehan seksual.

”Karena itu, saya selalu berusaha melakukan komunikasi dengan anak-anak dan suami setiap saat. Ini efektif untuk mengontrol diri sendiri dan anggota keluarga lainnya,” paparnya. Yuli pun berpesan agar masyarakat selalu menjaga komunikasi dengan anggota keluarga demi mencegah terjadinya tindak kejahatan seksual terhadap anak. ”Kenapa begitu? Sebab, kasus pencabulan atau kejahatan seksual selalu dilakukan orang-orang dekat atau sekitar kita,” pesannya. (*/c6/dos)


SUDAH lima tahun berlalu. Tapi, kenangan tentang peristiwa itu masih begitu basah dalam ingatan Bripka Yuli Muji Lestari. ”Hati saya seperti


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News