King...I am Liem Swie King (3/habis)

King...I am Liem Swie King (3/habis)
Liem Swie King (melambai tangan) bersama tim Thomas Cup Indonesia disambut, diarak dan dielu-elukan masyarakat Jakarta, 1984. Foto: Dok. Liem Swie King.

"Pukulannya bertenaga. Kalau King sudah menyerang dengan King's Smash-nya, lawannya pasti sulit mengembalikan," kata Tan Joe Hok, legenda bulutangkis Indonesia yang pernah menjadi juara All England 1959.

Hanya saja, tiga smash-nya saat menghadapi Han Jian tersangkut net. Dan ini terjadi di saat-saat kritis, ketika King sudah memimpin 17-16. Akibatnya, dia gagal dengan angka 17-18. 

Dominasinya di dunia bulutangkis selama 33 bulan terakhirpun berakhir!  

"Ini merupakan kekalahan pertamaku dalam 2 tahun 9 bulan sejak dikalahkan pemain Swedia, Thomas Kihlstroem dalam Kejuaraan Dunia bulan Mei 1977," ujar King, sebagaimana dituturkan Robert Adhi Ksp dalam buku Panggil Aku King.

"Setelah kekalahan di dwilomba Indonesia-China, prestasiku makin memburuk," demikian King.

Petarung Sejati

Bukan King namanya bila galau dan cepat putus asa. Mengutip Saiful Arisanto, yang pernah menjadi Ketua PB Djarum--klub di mana King menjadi salah satu anggota pertamanya--King tidak pernah ingin jadi nomor dua dalam hal apa pun. 

Kata dia, pernah saat latihan lari dari Kudus ke Gunung Muria, King menempati posisi ketiga. Dia lalu berlatih sendiri. Kemudian hari, ketika semua karyawan Djarum kembali lari ke Gunung Muria, King finish pertama. 

SEMPAT menjadi bintang film, Liem Swie King kembali ke alamnya. Januari 1980 King mempertahankan gelar juara dunia di Kyoto, Jepang. Sebulan

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News