Kisah Arsitek yang Hartanya Ludes Gara-gara...

Kisah Arsitek yang Hartanya Ludes Gara-gara...
Lapas Kerobokan dengan spanduk besar bertuliskan besar-besar Bebas Narkoba.FOTO: MIFTAHUDDIN/RADAR BALI

Hingga suatu ketika dia kaget ketika ditangkap setelah mendapat “barang” yang biasa dia pakai itu dari oknum polisi. 

”Saya kenal baik dengan dia. Dia itu kawan dari orang yang biasa menyuplai sabu-sabu ke saya. Kaget setengah mati saya, begitu ditangkap,” jelasnya.

Dia mengaku benci dan tidak akan lupa seumur hidup tentang itu. “Sampai mati pun saya tidak akan lupa kejadian itu. Tega sekali, dia,” imbuhnya dengan makian sumpah serapah. 

Dari kata yang jorok hingga aneka macam binatang pun dia lontarkan. Berkali-kali juga dia menarik napas panjang.  

Nah, terkait hal ini, Kabid Humas Polda Bali Kombes Pol Hery Wiyanto sendiri menampik saat Radar Bali menanyakan apakah dalam menjalankan tugas, khususnya di satuan narkoba memperbolehkan polisi menggunakan obat-obatan terlarang. 

Tapi, jawabannya terkesan normatif saja. “Tak ada kepentingan untuk mencoba narkoba. Narkoba dilarang. Tidak ada mekanisme yang mengatur polisi harus tahu rasa narkoba untuk menunjang tugasnya di lapangan,” tegasnya. 

Meski demikian Hery tak membantah polisi kerap menggunakan strategi undercover buy, dengan memakai uang palsu saat pura-pura membeli narkoba dari para pengedar.

Mantan Kabid Humas Polda Bengkulu itu pun menampik saat disinggung apakah polisi mem-back up peredaran narkoba. Terangnya, polisi juga tidak mem-back up penjualan narkoba; polisi tidak bermitra dengan para bandar narkoba. 

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News