Kisah Cinta Mengharukan Seorang Babinsa dan Istrinya di Pelosok Papua

Berbagi Harta, Ilmu, Tenaga...Hidupnya

Kisah Cinta Mengharukan Seorang Babinsa dan Istrinya di Pelosok Papua
Anggota Bintara Pembina Desa (Babinsa) Sersan Satu Yuarso bersama istri, Rosalinda di Mamugu, Kabupaten Asmat, Papua. Foto: Fathan Sinaga/JPNN.com

"Selamat datang jenderal. Silakan masuk," ucapnya dengan wajah semingrah. Kunjungan Gatot ke rumah Rosalinda sekaligus meninjau proyek Jalan Trans Wamena - Kenyam - Mamugu dan pembangunan dermaga.

Rosalinda dan Yuarso hidup akrab berdampingan dengan penduduk sekitar. Saking akrabnya, penduduk setempat enggan dipisahkan dengan kelurga Yuarso. "Sebenarnya masa dinas suami saya sudah habis di sini. Tapi masyarakat sekitar tidak menginginkan kami pergi," sambungnya.

‎Mama Rosa -begitu ia disapa penduduk setempat- mengaku tidak masalah dengan hal tersebut. Baginya berbagi kesenangan dengan orang lain, adalah kebahagian sejati. Mereka pun memilih tetap tinggal. 

Rosa menuturkan, saat pertama kali menginjakkan kakinya di sini, sama sekali tidak ada kesadaran penduduk setempat untuk bersosialisasi. Mereka primitif, tidak berpendidikan, dan kotor. Rosa dan Yuarso-lah yang lambat laun mengajarkan mereka untuk hidup sehat.

"Ketika pertama kali datang ini masih hutan. Masyarakatnya masih primitif banyak yang ga pakai baju," tuturnya.

Jumlah yang mendiami kampung tersebut ada 40 KK. Pertama kali keluarga ini tiba di kampung, hampir separuh orang dewasa terkena penyakit kusta. Setelah ditelusuri, penyakit ini datang dari perkawinan sedarah antar penduduk.

‎"Di sini pola pikir penduduk masih primitif. Bapak setubuhi anak, kakak setubuhi adik, sepupu setubuhi sepupu," imbuhnya. 

Hal inilah, yang lambat laun ingin Rosa rubah. Rosa tetap memberi pemahaman takkala kejadian serupa masih berlangsung

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News