Kisah Derita Warga Korban Lapindo, Berupaya Bangkit dari Titik Nol

Cerita pilu juga diungkapkan Bagas, warga asal Desa Kedungbendo, Kecamatan Tanggulangin. Dia dulu juga menjadi buruh di pabrik sabun di Kedungbendo. Penghasilannya sebagai buruh pabrik waktu itu cukup untuk memenuhi kehidupan keluarga kecilnya, meski pas-pasan.
Namun, kehidupan yang bahagia tersebut berubah total lantaran rumahnya tertimbun lumpur Lapindo. Kondisinya makin parah lantaran pabrik tempatnya bekerja juga tenggelam. Otomatis, Bagas tidak mempunyai penghasilan lagi. Hidupnya bersama istri dan dua anaknya bergantung pada pemberian di pengungsian.
Setelah melewati enam bulan masa krisis di pengungsian, Bagas mulai bangkit. Dia pun bekerja serabutan demi istri, Rini Agustina, dan dua anaknya. Apa pun dia lakukan demi mendapatkan rupiah yang halal. Mulai menjadi kuli bangunan, kuli angkut, hingga tukang parkir.
Masa-masa sulit itu hingga kini, diakui Bagas, belum juga berlalu. Dia masih saja harus bekerja serabutan dan tinggal di rumah kontrakan di Desa Sugihwaras, Kecamatan Candi. Dalam benak Bagas, tebersit keinginan untuk membuka usaha sendiri seperti berdagang. Namun, dia mengaku belum memiliki modal.
Dia berharap uang ganti rugi yang ditunggu-tunggu segera cair. Sebab, uang tersebut bisa dijadikan modal usaha. Dia harus memiliki modal yang cukup untuk membuka usaha yang belum ada di daerah kontrakannya itu.
’’Berbeda dengan kampung sendiri, saya paham kondisi masyarakat dan kebutuhan mereka. Sedangkan di kampung orang, saya harus memahami mereka dulu,’’ kata pria berusia 36 tahun tersebut. (*/c5/ari)
PEREMPUAN berjilbab itu terlihat terampil saat menyajikan semangkuk bakso untuk pembeli. Tangannya begitu cekatan mengambil bahan-bahan yang diperlukan.
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
- Semana Santa: Syahdu dan Sakral Prosesi Laut Menghantar Tuan Meninu
- Inilah Rangkaian Prosesi Paskah Semana Santa di Kota Reinha Rosari, Larantuka
- Semarak Prosesi Paskah Semana Santa di Kota Reinha Rosari, Larantuka
- Sang Puspa Dunia Hiburan, Diusir saat Demam Malaria, Senantiasa Dekat Penguasa Istana
- Musala Al-Kautsar di Tepi Musi, Destinasi Wisata Religi Warisan Keturunan Wali
- Saat Hati Bhayangkara Sentuh Kalbu Yatim Piatu di Indragiri Hulu