Kisah Haru Mengentaskan Anak Jalanan Hingga Berurusan dengan Polisi

Kisah Haru Mengentaskan Anak Jalanan Hingga Berurusan dengan Polisi
Komunitas Rumput Taky. FOTO: Malut Post/JPNN.com

Aki, misalnya, telah putus sekolah sejak SD. Sehari-hari, kerjaannya mangkal di pasar, mengisap lem, lalu mencari lawan untuk diajak berkelahi. Puncaknya adalah ketika ia diangkut ke kantor polisi karena dituduh ikut memukuli seorang anggota polisi. Begitu juga dengan kakak perempuan Uli, Maryani. Setiap malam, Maryani kelayapan tak jelas kemana. Remaja perempuan itu selalu keluar rumah setelah magrib dan baru kembali ke rumahnya di pagi hari. Ia bahkan terancam putus sekolah lantaran keseringan tak masuk sekolah.

“Saya sendiri yang harus menghadap polisi, adu argumen dengan mereka agar membebaskan Aki. Sekarang silahkan tanya sendiri apakah ia masih suka berkelahi atau tidak. Sedangkan Maryani kita bikin sampai berhasil menamatkan SMA-nya,” ungkap Andri yang kini berusia 29 tahun.

Dengan Rumput Taky, Andri mengumpulkan anak-anak yang hidup di jalanan, mengajak mereka belajar di alam, mengajarkan membuat sejumlah hasil karya, mengenalkan etika dan seni budaya, bahkan mengirim mereka kembali ke sekolah. Biaya yang digunakan berasal dari kantongnya sendiri, juga dari hasil jualan produk kreasi dan suara para anak jalanan ini lewat mengamen.

“Anak-anak ini punya energi. Mereka hanya butuh diarahkan agar energi itu disalurkan ke hal-hal yang positif,” tambahnya.

Lewat program Literasi Jalanan, ia merangkul anak-anak jalanan untuk diajari hal-hal yang nyaris tak pernah diajarkan di bangku sekolah. Ya, ia mengajari mereka untuk bertahan hidup, dengan memanfaatkan keahlian dan kreativitas. Belajar dilakukan di ruang-ruang publik seperti taman dan halaman kantor. Tak jarang, anak-anak ini diusir oleh penjaga keamanan.

“Kita ajari mereka membuat kerajinan tangan, menari, teater, hingga memancing ikan. Kita ajarkan keahlian sebanyak mungkin agar kelak ketika kondisi terdesak, mereka tahu bagaimana caranya bertahan hidup di alam dengan cara-cara yang halal,” tuturnya.

Andri mengakui cara terbaik merangkul para anak jalanan adalah dengan menjanjikan mereka sesuatu, lantas menunaikan janji tersebut. Seperti ketika ia menjanjikan anak-anak ini untuk tampil menari di panggung Legu Gam, atau berkemah di Pantai Tobololo sekaligus melakukan pembersihan pantai.

“Saya selalu menjanjikan mereka dengan hal-hal seperti itu, dan sejauh ini semua janji itu bisa kita tunaikan bersama,” ungkapnya.

Tak banyak orang yang memiliki kepedulian tinggi terhadap anak-anak jalanan. Andri Umamit sebaliknya. Ia betah hidup di jalanan demi mengentaskan

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News