Kisah Hebat Anak-anak Suku Dayak Amandit Menggapai Impian

Kisah Hebat Anak-anak Suku Dayak Amandit Menggapai Impian
TINGGAL KENANGAN: Alda menunjukkan kondisi jembatan kayu usang yang menjadi saksi bisu perjuangannya menuju ke sekolah. Di bawah jembatan mengalir arus air Sungai Amandit di Lokluhung, Kecamatan Loksado, Kabupaten Hulu Sungai Selatan. Foto: SUSILO/JAWA POS

Jembatan kayu yang lapuk tidak lagi difungsikan. Pemerintah telah menggantinya dengan jembatan berkonstruksi besi. Lantainya pun bukan kayu lagi, tetapi lembaran besi yang cukup tebal. Namun, beberapa bagian di pegangan kanan dan kiri sudah rusak karena baut pengaitnya lepas.

Sejatinya, Alda termasuk satu di antara empat murid berprestasi di sekolah tersebut. Dia pernah mengharumkan nama sekolah lewat ajang Olimpiade Olahraga Siswa Nasional (O2SN) tingkat kabupaten pada 2015. Dalam ajang tersebut, Alda tidak sendiri. Dia bersama tiga temannya, Yanson, Sari, dan Ubil, sukses menjuarai cabang atletik.

Tim tersebut kemudian dipilih untuk mewakili Kabupaten Hulu Sungai Selatan maju ke O2SN tingkat provinsi. ’’Kami puas di posisi keempat. Itu sudah cukup membuat kami bangga,’’ timpal Yuliawan, 35, guru SDN Loklahung yang ikut bergabung dalam perbincangan dengan wartawan koran ini.

Menurut Yuliawan, prestasi nonakademis Alda dan kawan-kawan sudah selayaknya dihargai. Mereka membuktikan bahwa anak-anak Desa Loklahung mampu berkarya di tengah keterbatasan. Apalagi setelah sekolah mereka mendapat musibah pada 15 Juni 2015. Saat itu, tiga kelas hangus dilalap api ketika para murid dan guru beranjak salat Jumat. ’’Kami bersyukur, kebakaran terjadi saat kelas kosong,’’ tuturnya.

Ruang kelas yang terbakar itu menyisakan tembok beratap langit. Konstruksi kayu atap yang sudah jadi arang dibiarkan teronggok. Untung, respons pemerintah cukup baik. Pada awal tahun ini, dua ruang kelas baru sudah bisa digunakan. Di jendela kelas masih terpampang poster informasi proyek pembangunan.

Gedung baru itu dibangun tiga bulan setelah insiden tersebut terjadi. Yakni, terhitung pada 14 September 2015–31 Desember 2015. Dana pembangunan Rp 296 juta bersumber dari Dinas Pendidikan (Dispendik) Kabupaten Hulu Sungai Selatan. Meski demikian, Yuliawan dan guru yang lain berharap dispendik segera melengkapi ruang kelas yang lain. ’’Terbakar tiga, masih kurang satu kelas lagi,’’ jelas Yuliawan.

Itu pun baru sebatas melengkapi, belum ke arah pengembangan sekolah. Apalagi jumlah siswa di sekolah tersebut setiap tahun pelajaran baru terus bertambah. Saat ini, kata Yuliawan, total siswa mencapai 74 orang yang terbagi dalam kelas I sampai kelas VI. Belum lagi kebutuhan ruang kegiatan ekstrakurikuler dan sebagainya yang seharusnya dimiliki sekolah andalan masyarakat di Loksado itu.

’’Kami punya lahan sekitar 2 ribu meter persegi. Artinya, masih luas untuk dikembangkan pemerintah,’’ tegasnya.

PARA murid SDN Loklahung, Loksado, Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Kalimantan Selatan, harus berkalang peluh. Mereka harus bertaruh nyawa hanya untuk

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News