Kisah Ibu-Ibu yang Menjadi Korban Arisan Piau di Tambora
Tak Curiga karena si Bandar Dikenal Dermawan
Jumat, 01 Oktober 2010 – 08:08 WIB
Menurut pengusaha konveksi itu, sebenarnya arisan yang dibandari Akhim tersebut sudah berjalan sekitar empat tahun ini. Sejak awal, tidak pernah ada masalah. Semua berjalan lancar. Akhim selalu membayarkan uang anggotanya tepat waktu. Jumlahnya pun sesuai dengan perjanjian dan aturan main yang disepakati.
Anis menerangkan, Akhim mengelola arisan piau dengan setoran bervariasi. Ada yang seminggu setor Rp 500 ribu. Ada pula yang sebulan setor Rp 3 juta atau Rp 5 juta. "Paling sedikit, sebulan Rp 100 ribu," ucap dia. "Uang yang terkumpul di tangan Akhim bisa sampai Rp 2 miliar," imbuh peserta arisan yang satu-satunya bukan keturunan Tionghoa itu.
Arisan piau, papar Anis, memang identik dengan tradisi di kalangan orang-orang Tionghoa. Aturan mainnya berbeda dengan arisan pada umumnya. Semakin lama uang yang disetor tidak ditarik, keuntungan yang bakal didapat peserta kian besar. "Kebanyakan yang sekarang menagih adalah peserta yang sudah lama tidak narik. Maka, uang mereka sampai puluhan juta rupiah di Akhim," terang dia.
Anis menuturkan bahwa uangnya di Akhim sekitar Rp 150 juta. "Saya ikut yang sebulan Rp 3 juta dan seminggu Rp 500 ribu. Sebenarnya, saya bermaksud narik paling akhir, nunggu Lebaran. Eh, ternyata malah dibawa lari," ucap dia.
Penggelapan uang arisan kembali terjadi. Kali ini menimpa ibu-ibu di Kampung Krendang, Tambora, Jakarta Barat. Tak tanggung-tanggung, uang yang dibawa
BERITA TERKAIT
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara
- MP21 Freeport, Mengubah Lahan Gersang Limbah Tambang Menjadi Gesang
- Sekolah Asrama Taruna Papua, Ikhtiar Mendidik Anak-anak dari Suku Terpencil Menembus Garis Batas
- Kolonel Zainal Khairul: Pak Prabowo Satuan Khusus, Saya Infanteri dari 408