Kisah Ima, Anak Turiyo dan Alimah yang Diundang ke Konvensi Demokrat AS

Kisah Ima, Anak Turiyo dan Alimah yang Diundang ke Konvensi Demokrat AS
'Ima dan Obama'. Foto: dok/Radar Malang

Namun, pernikahan tersebut hanya seumur jagung. Ima berpisah dengan suaminya. Karena tak memiliki pekerjaan, dia pun mendaftar untuk menjadi buruh migran. ”Dia pengin ke Hongkong. Tapi, ada tawaran dari tetangga, katanya ada yang butuh pembantu di Amerika,” jelas Turiyo. 

Akhirnya tawaran bekerja di Negeri Paman Sam itulah yang dia pilih ketimbang rencana semula ke Hongkong. Turiyo mengenang, saat itu dirinya harus menebus Ima Rp 600 ribu dari perusahaan penyalur tenaga kerja tempat Ima mendapat pelatihan. 

Akhirnya, pada 1997, Ima yang saat itu berusia 17 tahun pun bertolak ke Amerika Serikat. Bermodal tekad kuat untuk membantu perekonomian keluarga, Ima menerima tawaran bekerja sebagai pramuwisma seorang pengusaha interior desainer asal Indonesia yang bermukim di Los Angeles.

Untung tak dapat diraih, malang tak bisa ditolak. Begitu mendarat di bandara, paspor Ima ditahan majikannya. Selama tiga tahun, Ima harus bekerja lebih dari 12 jam. Hampir setiap hari Ima menjalani siksaan dan pukulan dari si majikan. 

Untuk kesalahan kecil yang dibuatnya, Ima harus menerima pukulan dan tamparan berkali-kali. Dia bingung bagaimana mengadu karena waktu itu dia tidak bisa berbahasa Inggris sama sekali.

Setelah tiga tahun mendapat perlakuan buruk, Ima tidak tahan lagi. Pada 2000, perempuan lulusan MTs Miftahul Ulum itu nekat menyisipkan sebuah notes kecil berisi permintaan tolong kepada seorang penjaga bayi tetangganya. Tetangga itulah yang menolong Ima melarikan diri dari rumah majikannya dan mengantarkannya ke kantor CAST. ”Dia hanya cerita kabur ditolong tetangganya. Lalu, disekolahkan dan diberi kerja kantoran,” tutur Turiyo. 

Di AS, setelah beberapa bulan tinggal di rumah penampungan kaum gelandangan dan belajar bahasa Inggris, Ima pun akhirnya bisa tinggal di rumah layak dan bekerja di CAST. Kinerja dan komitmennya membantu dan memberantas perbudakan pun membuat karirnya cemerlang.

Kariernya sebagai aktivis makin menanjak dan berhasil diundang ke berbagai pertemuan tingkat tinggi di Washington DC. Ima pun berkesempatan bertemu dengan para pejabat tinggi seperti Menteri Luar Negeri John Kerry, bahkan Obama. ”Dia memang cerita, sering ke negara-negara lain,” terang Turiyo. 

HARI ini, Konvensi Nasional Partai Demokrat bakal digelar di Wells Fargo Center, Pennsylvania, Amerika Serikat. Lupakan dahulu soal Hillary Clinton

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News