Kisah-Kisah Menarik di Balik Renovasi Masjid di Kompleks Istana Presiden

Paspampres Siaga Hendak Menembak, Ternyata Ban Truk Meletus

Kisah-Kisah Menarik di Balik Renovasi Masjid di Kompleks Istana Presiden
Chairman/Chief Executive Designer BD+A Design Irvan A (tengah) bersama 2 arsiteknya, Andi Suwandi (kiri) dan Dyah Murwandari (kanan). Foto : Sofyan Hendra/JAWA POS
Irvan adalah putra Ahmad Noe"man, arsitek masjid-masjid ternama, seperti Masjid Salman ITB Bandung, Masjid Sunda Kelapa, dan Masjid At-Tien TMII. Dalam pembangunan ulang Masjid Baiturrahim, Ahmad Noe"man bertindak sebagai prinsipal.

Untuk mengoreksi arah kiblat, Irvan dan tim melakukan pengecekan sederhana dengan bantuan Google Map. Pengukuran ulang juga dilakukan oleh sejumlah ahli geologi. Akhirnya, arah kiblat yang semula lurus ke barat dikoreksi menjadi miring 25 derajat ke kanan. Arah kiblat juga ditera ulang dengan metode lain. Termasuk, melihat bayangan saat matahari tepat di atas Kakbah. Arah kiblat lantas disertifikasi Kementerian Agama.

Karena bangunan asli tidak diubah, arah kiblat dikoreksi dengan memanipulasi arsitektur. Salah satu caranya, membangun mihrab (tempat imam) baru. Mihrab lama pun masih ada. Namun, warna catnya dikamuflasekan sedemikian rupa sehingga tidak menarik perhatian.

Mihrab lama juga ditutupi dengan partisi kaca semipermanen berhias kaligrafi. Partisi dibuat sejajar dengan kemiringan mihrab baru, yang disesuaikan dengan arah kiblat hasil koreksi.

Bagian utama masjid tersebut tidak diubah. Pilar-pilar khas masjid kuno dipertahankan. Untuk memperluas tempat salat, bangunan lama dan baru disatukan dengan menggunakan bidang-bidang transparan berbahan kaca melton (kaca yang dicairkan lantas dicetak ulang).

"Kesan transparan itu juga bertujuan menghilangkan kesan mistis. Biar clear. Tidak ada interpretasi apa pun. Sebab, ajaran Islam kan memang tidak mengenal hal-hal seperti itu," terang Irvan, peraih master of industrial design di Rhode Island School of Design, Providence, AS. Kaca-kaca transparan yang menjadi dinding luar masjid pun dibikin menggantung. Dengan begitu, sirkulasi udara bisa lebih lancar.

Setelah renovasi yang menelan dana Rp 9,8 miliar itu, Masjid Baiturrahim kini lebih lapang. Ruang salat lama seluas 547 meter persegi dengan kapasitas 390 orang kini menjadi 1.253 meter persegi. Masjid itu kini berdaya tampung 1.198 orang. Dengan kamuflase mihrab, jamaah tidak merasa bahwa arah kiblat tidak lurus dengan arah bangunan masjid.     

Jika dilihat sepintas dari luar, juga tak tampak banyak perbedaan antara bangunan lama dan yang baru. Kubah masjid masih tampak seperti aslinya. Begitu juga menara yang menjadi salah satu ciri khas istana. Sebab, ujungnya tampak dari luar kompleks. "Banyak yang tak menyadari bedanya. Itu justru bagus," ujar penggagas FGD Forum, suatu forum yang menyebarkan pengetahuan mengenai industri grafika, tersebut.  

Karena arah kiblat tidak akurat, Masjid Baiturrahim di kompleks Istana Presiden direnovasi. Berikut cerita-cerita menarik di balik pemugaran masjid

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News