Kisah Orang Kaya Baru di Jimbaran, Bali, yang Kembali Miskin

Setiap Hari Judi, Gemar Main Perempuan, lalu Bangkrut

Kisah Orang Kaya Baru di Jimbaran, Bali, yang Kembali Miskin
Kisah Orang Kaya Baru di Jimbaran, Bali, yang Kembali Miskin
   

"Saya dulu petani garam. Sekitar 1978 tanah saya dibeli untuk hotel dan pembangunan kampus Universitas Udayana. Lokasi tanah saya ada di Bukit Jimbaran," ceritanya. Balut mengaku, luas tanah yang dijual pada saat itu berhektare-hektare.

   

Balut mengatakan, saat itu harga tanah per are sekitar Rp 100 ribu (1 are = 100 meter persegi). Dari hasil menjual tanahnya, Balut menerima uang puluhan juta rupiah. Kala itu cukup populer istilah pis jamrud. Yakni, uang yang datang dari hasil menjual tanah. "Uang segitu pada 1978 termasuk besar," ujarnya.

Oleh Balut, uang tersebut dipakai untuk berbagai macam. Di antaranya biaya upacara keagamaan seperti ngaben, memperbaiki sanggah (tempat untuk memuja nenek moyang, Red), berbisnis, hingga berfoya-foya meski sedikit.

"Sedikit saya pakai foya-foya. Karena judi kurang bisa. Main perempuan sedikit," katanya berterus terang, seraya minta agar wajahnya tak diabadikan.

Di Bali, proses jual beli tanah untuk pendirian hotel-hotel berbintang menyisakan kisah menarik. Jual beli tanah yang terjadi puluhan tahun lalu

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News