Kisah Para Perempuan Indonesia di Pertambangan Australia

Seperti kebanyakan pekerja pertambangan, ia setidaknya bekerja di lapangan setidaknya selama dua minggu.
"Seringkali saya dihakimi terlalu mengejar karir dengan pergi ke lokasi tambang, yang terpencil, ketimbang mengurus keluarga," katanya kepada ABC Indonesia.
Tapi ia menyadari jika perempuan memang memiliki banyak peran, sebagai seorang istri, ibu, dan juga kadang bekerja untuk membantu keluarga.
"Tentunya sulit memainkan banyak peran itu, tapi menurut saya kuncinya adalah memprioritaskan apa yang sebenarnya kita ingin capai dalam hidup," ujarnya.

"Bagi saya, prioritas saya adalah orang-orang di sekeliling saya, dimulai dengan suami dan anak-anak, dan tentunya diri sendiri," kata Jelita.
Saat ia sedang berada di rumah, ia mengaku selalu memastikan memiliki "pembicaraan yang mendalam" dengan anak-anaknya, sehingga ia tetap bisa melihat perkembangan anak-anaknya.
"Kuncinya adalah harus menemukan keseimbangan dalam memainkan peran-peran itu, misalnya kalau saya sedang tidak bisa melakukan pekerjaan rumah, ya saya bayar orang saja."
Sejumlah perempuan asal Indonesia diri telah membuktikan jika mereka tidak hanya mampu bekerja di Australia, yang memiliki budaya yang berbeda jauh dengan di Indonesia
- Apa Arti Kemenangan Partai Buruh di Pemilu Australia Bagi Diaspora Indonesia?
- Dunia Hari Ini: Presiden Prabowo Ucapkan Selamat Atas Terpilihnya Lagi Anthony Albanese
- Partai Buruh Menang Pemilu Australia, Anthony Albanese Tetap Jadi PM
- Nutriflakes Ajak Perempuan Aktif Bergerak dan Bebas GERD
- Dunia Hari Ini: Israel Berlakukan Keadaan Darurat Akibat Kebakaran Hutan
- Gubernur Sulteng Data Perusahaan Tambang Perusak Lingkungan