Kisah Para TKI Ilegal di Arab Saudi yang Sengaja Menelantarkan Diri agar Dideportasi

Hidup Tak Pernah Kekurangan, Selalu Siap Uang Sogokan

Kisah Para TKI Ilegal di Arab Saudi yang Sengaja Menelantarkan Diri agar Dideportasi
LAHIR DI ARAB SAUDI: Dari kiri: Muahamad Fauzi, Zulaiha, Abdul Gofar, Maisyaroh, Zaky Faisal anak yang lahir di Arab Saudi pulang bareng 301 orang WNI yang sebagian terlantar dan tinggal di kolong jembatan Jeddah Arab Saudi, tiba di Bandara Soekarno Hatta terminal 2, Cengkareng, Senin, 14 Februari 2011. Foto: Agus Wahyudi / JAWA POS
Siti tampak leluasa bercerita kepada Jawa Pos karena wawancara dilakukan ketika masa istirahat dan cukup jauh dari pengawasan petugas. Dia mengungkapkan, dirinya tidak percaya kepada para petugas karena khawatir uang hasil jerih payahnya itu disunat. Dia bahkan mengaku tidak membawa uang sepeser pun kepada petugas. "Alhamdulillah, saya tidak sempat telantar. Sehari menyerahkan diri ke kantor imigrasi dan langsung diangkut ke penampungan. Jadi, aman," ceritanya.

Menurut Siti, hampir semua yang dipulangkan pemerintah pada gelombang pertama tidak pernah berada di kolong Kandara (lokasi di Jeddah yang sering dijadikan jujukan para TKI yang telantar). Sebab, mayoritas adalah mereka yang menyerahkan diri ke KBRI dan menelantarkan diri di sekitar kantor perwakilan RI. Kebanyakan TKI yang ada di kolong Kandara belum mendapatkan exit permit atau izin untuk deportasi.

Siti mengatakan, pemulangan gratis seperti itu paling dicari TKI bonek seperti dirinya karena bisa menghemat biaya tiket pesawat yang harganya berkisar USD 410 atau sekitar Rp 4 juta. Kebanyakan TKI yang menyerahkan diri adalah mereka yang memang berniat pulang ke Indonesia. Sementara itu, mereka yang berada di kolong Kandara dan masuk kategori bermasalah harus menyelesaikan proses administrasi seperti gaji yang belum dibayar.

Siti menyatakan lebih senang berada di penampungan atau tarhil, yakni tahanan imigrasi milik pemerintah Arab Saudi. Di sana mereka mendapat fasilitas mirip hotel, yakni makan tiga kali sehari, AC, dan tentu air yang menyala 24 jam. Menurut dia, jika menggelandang di Kandara, air hanya dinyalakan ketika jam salat. Selain itu, keamanan tidak terjamin karena mereka harus tinggal berdampingan degan buruh migran asal Bangladesh dan India.

Pemerintah kemarin membawa pulang 303 WNI overstay (melebihi batas izin tinggal) yang dideportasi dari Arab Saudi. Hampir separo dari mereka adalah

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News