Kisah Para WNI di Negara Pedalaman Afrika
Merasa 'Indonesia Is The Best' Justru Ketika di Mancanegara
Di Lusaka, suasananya juga semrawut. Bahkan ketika ada pendatang sembarangan memotret, bisa-bisa didatangi warga lokal. Urusannya bisa panjang.
“Amit-amit, deh. Jangan sampai jadi korban kejahatan di sini,” kata Nina Johnson, WNI yang mengikuti suaminya tingal di Lusaka.
Di Lusaka saja ada belasan WNI. Sebagian besar dari mereka adalah rohaniwan.
Awal pekan lalu beberapa di antara mereka brekumpul di sebuah restoran untuk perpisahan Arsyanti, WNI di Zambia yang bakal segera ikut suaminya ke Jepang.
Nina adalah warga Pluit, Jakarta Utara. Ia bersuamikan Wayne Johnson, pria Inggris yang menjadi guru di Lusaka.
Dulunya Nina juga tak membayangkan bakal tinggal di Zambia. “Tapi karena ikut suami, ya wis lah (ya sudah lah, red),” ujar perempuan berdarah Osing, Banyuwangi itu.
Nina bersama Wayne dan dua momongan mereka sudah dua tahun ini tinggal di Lusaka. Tentu saja ia bisa membandingkan Jakarta dengan Lusaka. “Jauh enak di Jakarta lah,” tuturnya.
Menurutnya, di Jakarta bisa berjalan sendirian dalam kondisi aman. Ia menegaskan, untuk ukuran makanan enak, Jakarta adalah tempatnya.
- Ninis Kesuma Adriani, Srikandi BUMN Inspiratif di Balik Ketahanan Pangan Nasional
- Dulu Penerjemah Bahasa, kini Jadi Pengusaha Berkat PTFI
- Mengintip Pasar Apung di KCBN Muaro Jambi, Perempuan Pelaku Utama, Mayoritas Sarjana
- Tony Wenas, Antara Misi di Freeport dan Jiwa Rock
- Hujan & Petir Tak Patahkan Semangat Polri Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Wilayah Terluar Dumai
- Tentang Nusakambangan, Pulau yang Diusulkan Ganjar Jadi Pembuangan Koruptor