Kisah Perantau Minang Selamat dari Kerusuhan Wamena, 2 Jam di Atas Atap

Kisah Perantau Minang Selamat dari Kerusuhan Wamena, 2 Jam di Atas Atap
Rudi Kormas foto bersama warga Papua di kedai variasi dan asesoris miliknya di Jalan Hom-Hom Wamena Papua sebelum peristiwa kerusuhan. Foto: ist-antara

Lebih kurang dua jam berada di atas atap, ia melihat asap di udara Wamena sudah menghitam, titik asap makin banyak dan terus mendekat ke arah kiosnya. Suara berondongan senjata juga terdengar di mana-mana, akhirnya ia memutuskan untuk turun dan ikut mengungsi ke posko Brimob.

"Saya panik akhirnya saya turun dan keluar dari kios menuju posko Brimob. Di sana orang-orang sudah bertangisan, ada juga yang berlari entah ke mana, akhirnya saya pergi dengan beberapa teman asal Makassar ke markas TNI AU di bandara lama," katanya.

Sampai di markas TNI AU, ia mendapat kabar Kantor Bupati Wamena sudah hangus terbakar, kios di Pasar Waoma hangus, kios bengkel minimarket di Jalan Hom-Hom Pikhe juga sudah ludes, bahkan sudah ada warga yang terbunuh dibakar, dipanah, hingga membuat masyarakat gelisah ketakutan.

Warga panik dan tidak tahu mau berbuat apa, bahkan di antara sesama pengungsi sudah ada yang menghunus pedang, pegang kayu untuk menghadang dan menyerang balik warga perusuh. Akan tetapi kondisi itu bisa diredam anggota TNI AU.

Pada malamnya lampu masih mati, jaringan masih belum ada, ia bertahan di posko-posko yang sudah didirikan. Suasana semakin mencekam, akhirnya para laki-laki sebagian diajak anggota TNI AU untuk patroli keliling Kota Wamena.

"Kondisi itu berlangsung selama dua hari, malamnya kami ronda dan siangnya mencari sanak saudara, dan teman-teman yang terpisah-pisah posko, karena tidak bisa berkomunikasi disebabkan jaringan mati," ujarnya.

Harapan baru mulai kelihatan pada Rabu (25/9) sekitar pukul 17.00 WIT, pesawat Hercules milik TNI membawa tentara dari Biak. Pesawat itu kemudian memberangkatkan orang yang ada di pengungsian TNI AU ke Sentani.

Mendengar kabar kerusuhan ini di televisi dan media sosial, pihak keluarga di kampung khawatir dan membelikan tiket pesawat untuk berangkat pulang kampung ke Tanah Datar.

Dia melihat asap di udara Wamena sudah menghitam, suara berondongan senjata juga terdengar di mana-mana.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News