Kisah Perjuangan WNI Penderita Kanker di Australia
"Karena suami saya yang paling dekat dengan Ramos karena dia yang selalu menjaga, dia sempat kena PTSD," kata Wika.
"Sekarang dia baik-baik saja, tapi waktu itu dia sempat suka stress dan mudah marah malah setelah 'treatment' Ramos selesai, padahal selama 'treatment' dia baik-baik saja."
Photo: Apriadi Situmorang yang sedang menempuh pendidikan S3 Bioteknologi cuti kuliah untuk menemani putranya, Ramos. (Supplied: Angela Wika)
Menurut perempuan asal Jakarta itu, hal ini bisa terjadi karena dalam proses pengobatan Ramos, mereka sering menahan emosi sedih di depan anak tersebut.
Sangatlah penting menurut Wika bagi 'support system' untuk mendapatkan pertolongan yang mereka perlukan.
"['Support system'] harus saling mendukung dan kalau butuh bantuan jangan ragu-ragu untuk mencari atau bertanya," kata dia.
"Seperti kami dulu, ketika mendampingi Ramos, saya dan suami suka bergantian jaga. Kadang kami bergantian keluar dari rumah sakit untuk jalan-jalan dan menghirup udara segar."
Ia mengatakan hal ini penting karena 'support system' seringkali tidak sadar sedang dalam keadaan stress ketika mendampingi sang pasien.
Beberapa warga Indonesia terdiagnosa kanker ketika sudah berada di Australia, jauh dari keluarga dan sanak saudara di Indonesia
- Dunia Hari Ini: Pria Australia Diancam 12 Tahun Penjara di Bali
- Dunia Hari Ini: Australia Akan Mempersulit Orang yang Suka Gonta-ganti Visa
- Dunia Hari Ini: Lukisan Raja Charles Jadi Serangan Aktivis Pencinta Hewan
- Dunia Hari Ini: Misteri Kematian Presenter TV Inggris Akhirnya Terjawab
- Vina Setelah 8 Tahun: Cerita yang Belum Selesai
- Dunia Hari Ini: Sekolah Milik PBB Diserang Israel, 40 Warga Palestina Tewas