Kisah Spiritual: Bertindak Lokal, Berpikir Global

Oleh: Prof Dr Hj Nurhajati SE MS, guru besar Ekonomi Unisma

 Kisah Spiritual: Bertindak Lokal, Berpikir Global
Prof Dr Hj Nurhajati SE MS, guru besar Ekonomi Universitas Malang (Unisma).

Kemajuan teknologi tidak terelakkan telah mendorong terjadinya globalisasi sebagai salah satu penyebab utama terhadap ancaman punahnya budaya lokal. Globalisasi adalah proses integrasi internasional yang terjadi karena pertukaran pandangan dunia, produk, pemikiran, dan aspek-aspek kebudayaan lainnya. Terkait aspek budaya, sebagian orang memandang beberapa hal yang dilakukan selama bulan Ramadan maupun saat Lebaran sudah tidak sesuai dengan perkembangan zaman. Cara pandang ini tampaknya banyak dipengaruhi oleh arus globalisasi. Dalam hal ini, globalisasi dimaknai sebagai suatu proses menjadikan sesuatu (perilaku) sebagai ciri dari setiap individu di dunia ini tanpa dibatasi oleh wilayah.

Namun, perlu diingat bahwa globalisasi yang dikumandangkan oleh sebagian besar bangsa-bangsa Barat justru di bangsa-bangsa Barat sendiri berkembang prinsip ”Think globally, act locally” atau berpikir secara global, bertindak secara lokal. Prinsip ini populer sekitar tahun 1980-an, tetapi awalnya dikemukakan oleh Partick Geddes, seorang perencana dan aktivis sosial kebangsaan Skotlandia, pada tahun 1915.

Kemajuan teknologi dan globalisasi menuntut kita berpikir secara global, tetapi bertindak secara lokal. Misalnya, masyarakat global memiliki keberagaman agama, etnis, dan budaya sehingga untuk bergaul dalam masyarakat global sepatutnya kita menerima atau toleran terhadap keberagaman tersebut. Di saat yang sama, seharusnya kita juga tetap mempertahankan ciri khas kita sebagai bangsa Indonesia yang beragama Islam.

Ciri khas yang dilakukan umat Islam selama bulan Ramadan dan perayaan Idul Fitri dapat dilakukan sebagai kearifan lokal yang merupakan warisan nenek moyang kita dalam tata nilai kehidupan yang menyatu dalam berbagai bentuk religi, budaya, tradisi, dan adat istiadat.

Globalisasi bisa dimanfaatkan sebagai peluang untuk memperkenalkan budaya bangsa Indonesia ke dunia internasional. Sebagai contoh, kita bisa memperkenalkan kuliner tradisional yang menjadi suguhan di bulan Ramadan dan Hari Raya Idul Fitri ke dunia internasional.

Dengan kata lain, berpikir global bertindak lokal adalah globalisasi budaya lokal dengan melakukan publikasi kekayaan tradisi yang kita miliki. Hal ini tidak saja menguatkan budaya kita di mata dunia, tetapi juga berdampak positif dalam meningkatkan perekonomian rakyat di kemudian hari .

Bangsa Jepang dan beberapa bangsa lain berhasil mempertahankan budaya lokalnya sehingga dikenal di dunia internasional. Indonesia juga memiliki potensi besar untuk memperkenalkan keragaman budaya lokalnya kepada dunia internasional.

Generasi muda saat ini akan dengan mudah melakukannya di zaman milenial melalui teknologi informasi dan komunikasi. Untuk itu, generasi muda yang sudah berpikir global perlu diperkuat dengan pemahaman akan budaya lokal sehingga tetap bertindak secara lokal.

Kisah Spiritual ini dikisahkan oleh Prof Dr Hj Nurhajati SE MS, guru besar Ekonomi Universitas Malang (Unisma).

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News