Kisah Spiritual: Ikhlas Pasti Berbuah Positif

Oleh: Prof Dr H Agus Sholahuddin MS

Kisah Spiritual: Ikhlas Pasti Berbuah Positif
Prof Dr H Agus Sholahuddin MS. Foto for Radar Malang/JPNN.com

Tak perlu menunggu waktu Magrib, azan Magrib berkumandang. Ramadan baru dimulai, ternyata sudah Ramadan malam ke-23. Barang siapa yang merasakan ini, maka dia sesungguhnya sudah sempurna.

Puasa harus dilakukan tanpa terpaksa. Awalnya itu harus dari hati terlebih dahulu. Di mana kuncinya adalah tulus ikhlas. Allah melalui surat Ibrahim ayat 7 berfirman,

”Jika kalian bersyukur pasti akan Aku tambah nikmatKu padamu.”

Ketika perang Badar berlangsung, ketika itu umat muslim sedang puasa Ramadan. Namun, ketika itu umat muslim justru menang. Hal itu tercipta karena semangat.

Namun, jika seseorang melakukan itu karena tekanan dari saudara, orang tua, maupun mertua, tentu ibadah puasa bakal terasa berat. Jika dalam ilmu kedokteran, hal ini akan memicu hormon cortisol.

Ini merupakan hormon kesengsaraan, orang yang mengeluh, terpaksa, sambatan, banyak membandingkan adalah merupakan penyakit hati. Penyakit hati ini nantinya bisa merembet ke penyakit fisik, di mana akan membuat sengsara jasmani dan spiritual.

Jika sudah seperti ini, artinya perisai atau tameng tersebut sudah jebol. Hidup ini hanya sebentar, jangan dibuat sengsara, kesusahan, dan ratapan.

Kehidupan ini biar indah. Karena itu, dalam 10 hari terakhir ini, marilah kita berusaha bangun di malam hari, beribadah, melakukan salat malam, dan memanjatkan doa-doa, mungkin hingga meneteskan air mata dari perasaan yang tulus ikhlas.

Kisah spiritual kali ini datang dari Prof Dr H Agus Sholahuddin MS yang merupakan Ketua Program Studi S-3 Ilmu Sosial Unmer Malang

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News