Kita Tetap Indonesia

Perbedaan prinsip di antara mereka hanya terjembatani oleh gagasan rasional bukan yang lain. Kepentingan mereka hanyalah tentang Indonesia, tentang merawat Indonesia, tentang mengupayakan keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia.
Hari-hari ini yang disajikan kepada kita adalah politik emosional, jauh dari kata rasional. Yang rasional justru jadi musuh bagi sebagian politikus, mereka lebih suka mengobok-obok emosi rakyat. Yang rasional jauh dari percakapan para politikus di ruang publik.
Argumentasi rasional dimusuhi karena tidak memberikan keuntungan elektoral. Segala macam perbedaan yang ada dijembatani oleh kepentingan pragmatis, maka lahirlah banyak politikus berwatak oportunis yang banyak di antara mereka berakhir di balik jeruji KPK.
Kita kehilangan negarawan tulen seperti para pendiri bangsa, tetapi surplus para demagog yang meracuni pikiran rakyat dengan hoaks dan pesimisme. Pilpres yang seharusnya menjadi ajang bagi untuk melahirkan pikiran-pikiran bermutu untuk memajukan bangsa dan negara justru menjadi batu sandungan bagi kita melangkah maju.
Menurut saya, apa pun pilihan kita di pilpres mendatang, Indonesia Raya tetap menjadi kepentingan kita bersama. Tentang khilafah, sebaik apa pun bentuk negara khilafah, hanya Negara Kesatuan Republik Indonesia yang dapat mengakomodir kepentingan seluruh rakyat Indonesia.
Masa depan Negara Kesatuan Republik Indonesia tergantung pada jari kita ketika kita berada dalam bilik suara dan mencoblos pasangan calon presiden-wakil presiden terbaik untuk Indonesia.
Ingat, kita tidak sekadar memilih calon presiden dan wakil presiden, kita sedang berjuang untuk Indonesia seribu tahun lagi. Apa pun wacana politik yang diembuskan oleh capres-cawapres, harus diingat: Kita Tetap Indonesia!
Pilpres yang seharusnya menjadi ajang bagi untuk melahirkan pikiran-pikiran bermutu untuk memajukan bangsa dan negara justru menjadi batu sandungan bagi kita melangkah maju.
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
- Dewan Pakar BPIP Djumala: KAA, Legacy Indonesia dalam Norma Politik Internasional
- PAN Dukung Prabowo Jadi Capres 2029, Ahmad Sahroni: Masih Dini untuk Bicara Pilpres
- Krisis Bius
- Lulusan CPNS dan PPPK 2024 Dongkrak Jumlah ASN Hingga 5,7 Juta Orang
- PA GMNI Dorong Etika Bernegara Berbasis Pancasila untuk Atasi Krisis Demokrasi
- Ahli Kepemiluan Usul Ambang Batas Maksimal 50 Persen di Pilpres dan Pilkada