Kita Tetap Indonesia

Kita Tetap Indonesia
Ketua Presidium PP PMKRI Periode 2018-2020, Juventus Prima Yoris Kago. Foto: Ist

Jika sekarang ini wacana khilafah ditiupkan sebagai usaha untuk menarik simpati dan suara Muslim, besar kemungkinan akan berhasil sebagai sebuah strategi politik elektoral, namun tidak akan mendapatkan ruang di tengah masyarakat Indonesia yang heterogen. Memaksakan hal itu sama halnya dengan kemauan untuk menanam pohon pepaya di rawa-rawa, mustahil!

Sekali lagi sebagai sebuah isu politik, hal itu dapat berdampak pada kehancuran bangsa terutama di kalangan akar rumput.

Pilpres hanya salah satu bagian dari cara kita memilih pemimpin, cara kita berdemokrasi. Hal yang jauh lebih penting di atas segala kepentingan adalah melestarikan Indonesia. Sekalipun sebagai sebuah wacana untuk mendulang suara, mengembuskan isu bahwa Indonesia akan menjadi negara khilafah adalah suatu sikap politik yang tidak terpuji. Mengapa? Karena hal itu dpat berpotensi terjadinya konflik horizontal antarmasyarakat yang heterogen.

Minim Gagasan Brilian

Selama beberapa bulan terakhir kita tidak melihat ada gagasan brilian dari pasangan calon presiden untuk kemajuan Indonesia. Kalau pun ada, itu menjadi kabur dengan isu-isu politik yang berpotensi memecah persatuan bangsa dan menyulut emosi rakyat.

Kita tidak menemukan sikap kenegarawanan yang ideal dan sanggup menyajikan gagasan brilian untuk kemajuan Indonesia karena di ruang maya dan nyata tempat kita hidup disesaki dengan isu-isu murahan, hoaks, bahkan wacana Indonesia bubar.

Pilpres 2019 seharusnya menjadi ajang bagi kita untuk mendewasakan demokrasi kita, mendewasakan cara berpikir kita tentang keindonesiaan. Pilpres harusnya menjadi ruang bagi para pemimpin untuk mendidik rakyat, bukan untuk mengadu-domba dan menyulut emosi rakyat agar berkelahi satu dengan yang lainnya.

Pilpres bukan sekadar memilih presiden, pilpres adalah ruang untuk mencari pemimpin yang negarawan yang mempunyai visi ideal membawa negara bangsa ini pada cita-cita kesejahteraan bersama (bonum commune).

Tentang sikap kenegarawanan, saya kira para capres bisa belajar dari para pendiri bangsa. Para pendiri bangsa berpolitik dengan cara yang sangat elegan seraya memberikan edukasi politik kepada rakyat. Mereka berdebat, berbeda pendapat, saling serang argumentasi secara tajam dengan logika yang ketat dan solid, tetapi tidak pernah sekalipun mereka mengumbar hoaks untuk menjatuhkan lawan politiknya. Mereka berbeda secara prinsip, tetapi tidak pernah mengagungkan prinsipnya dan menjelek-jelekkan yang lain secara membabi buta.

Pilpres yang seharusnya menjadi ajang bagi untuk melahirkan pikiran-pikiran bermutu untuk memajukan bangsa dan negara justru menjadi batu sandungan bagi kita melangkah maju.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News